1,5 Tahun Riset Kebiasaan Habibie

Rabu, 26 Desember 2012 – 08:23 WIB
BJ Habibie bersama Presiden SBY dan Ani Yudhoyono usai menyaksikan film Habibie & Ainun, beberapa waktu lalu. Foto: Randy/RM
FILM Habibie & Ainun mendapat respons positif dari publik. Faozan Rizal, sang sutradara, menceritakan proses pembuatan film debutannya itu. Sebelum menggarap film produksi MD Pictures tersebut, Faozan adalah kamerawan di 21 film Hanung Bramantyo. Layar lebar tentang rumah tangga mantan Presiden B.J. Habibie dan Ainun itu dimainkan dengan apik oleh Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari.
 
Bagaimana bisa menjadi sutradara Habibie & Ainun?

Berawal dari Mas Hanung yang bilang tidak punya waktu untuk menggarap film itu. Dia bilang mau dilepas saja filmnya. Tapi, menurut saya, ceritanya bagus karena ada muatan romantisme dan rasa cinta terhadap negara. Lalu, Mas Hanung bilang. "Kalau gitu, kamu saja sutradaranya". Saya bilang oke, tapi Mas Hanung harus jadi produser karena saya nggak urusin bujet dan sebagainya.
 
Apa kesulitan bikin film ini?

Risetnya. Total 1,5 tahun riset tentang keseharian Pak Habibie. Mulai cara beliau ngobrol, makan, tertawa, hingga gesture tangan. Setelah itu, memasukkan Reza ke dalam karakter Pak Habibie. Selama tiga bulan mengajari Reza bahasa Jerman. Obrolan sehari-hari sih mudah, tapi ini bahasa Jerman tentang teknik yang membicarakan keretakan pesawat.
 
Ada pendampingan dari Pak Habibie?

Ya. Pak Habibie datang terus ke tempat syuting. Malah, ada kejadian Pak Habibie mempertanyakan benar atau tidak gaya dia berjalan seperti yang dilakonkan Reza. Lantas, dia panggil cucunya. Lega ketika cucunya bilang bahwa Reza memang mirip eyangnya. Saat itu, Pak Habibie langsung ketawa.
 
Bagaimana Bunga Citra Lestari?

Sama. Cucu Pak Habibie juga bilang bahwa Bunga mirip banget sama Eyang Ainun. Semua penilaian karakter memang berdasar cucu Pak Habibie.
 
Deg-degan tidak mewujudkan karakter Habibie di film?

Ada satu scene yang tidak bisa saya lupakan. Saat itu, Reza sedang menuliskan teori Supersonic. Nah, Pak Habibie ada di samping saya. Angka-angka yang dituliskan harus benar, tidak boleh ada kesalahan. Adegan tersebut sampai diulang enam kali. Saya benar-benar minta Reza tidak lupa rumus dan angkanya.
 
Hal lain yang tidak terlupakan?

Pak Habibie sempat saya minta menyutradarai langsung scene setelah penerbangan. Tepatnya, saat sosok Habibie memberikan kado ke Ibu Ainun dan menciumnya. Urutan dari mencium kening, mata kanan, kiri, lalu ke bibir itu murni di-direct langsung oleh Pak Habibie.
 
Bagaimana suasana produksi?

Pak Habibie melebur dengan kami. Pernah saat syuting di Jerman, kru kangen masakan Indonesia. Lantas, saya cari bahan sop buntut di supermarket Asia. Setelah saya masakin, eh, ternyata Pak Habibie juga ikut makan. Saya lantas guyon ke beliau, "Berarti, masakan saya pernah dimakan mantan Presiden, hehehe"
 
Sukses di film pertama apakah ingin membuat film lagi?

Belum ada tawaran yang pas untuk menyutradarai lagi. Tahun depan saya masih menjadi kamerawan Mas Hanung di film Soekarno.
 
Sebenarnya, genre film apa yang ingin diwujudkan?

Drama romantis. Saya suka karena cinta memiliki sifat universal. Selain itu, epik juga oke. Cuma, agak susah membuat film epik karena tidak ada yang mau memberi waktu luang. Kebanyakan, produksi film di Indonesia hanya 25 hari. Padahal, di film epik butuh CGI (computer generated imagery) yang bisa memakan waktu satu tahun. (dim/c6/ayi)
 
  Tentang Faozan Rizal

  * Lahir di Tegal, 18 April 1973
  * Selama ini menjadi tandem Hanung Bramantyo, dia adalah kamerawan
  * Lulusan IKJ dan sekolah film di La Femis, Paris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Semua Salah Kaprah Pahami Aturan UMP

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler