jpnn.com, SURABAYA - Banyak kasus pasangan suami istri tak kunjung memiliki buah hati hingga lima atau sepuluh tahun pernikahan, bahkan lebih. Berbagai cara dilakoni, dari inseminasi buatan hingga IVF (in vetro fertilization) atau yang populer disebut bayi tabung.
Salah satu pasangan yang memilih IVF itu adalah Titis Syahrini. Sebelum memilih untuk menjalani program bayi tabung, perempuan asal Surabaya ini selama 15 tahun belum dikaruniai keturunan.
BACA JUGA: Naga Lyla dan Istri Sepakat Jalani Program Bayi Tabung
Padahal, mereka sudah sangat menunggu kedatangan buah hati. “Saat di rumah sepi. Kadang mikir. Kami ini mencari rezeki buat apa dan buat siapa? Di situ terasa sekali keinginan untuk memiliki keturunan,” kata Titis dalam peluncuran buku 'Mimpi yang Sempurna' di RSIA Ferina, Gubeng, Surabaya, Minggu (15/12).
Buku tersebut ditulis oleh Maksum, Fuad Ariyanto dan Sidiq Prasetyo, trio wartawan.
BACA JUGA: Tya Ariestya Ketagihan Jalani Program Bayi Tabung
Setelah melalui berbagai pertimbangan, Titis awalnya memilih untuk melakukan inseminasi buatan. Namun, program tersebut tak kunjung berhasil.
Hingga akhirnya diberi tahu tentang dr. Aucky Hinting, Ph.D., Sp.And, pemilik RSIA Ferina yang lebih dari dua dekade menekuni bayi tabung.
BACA JUGA: Ginting Tetap Tersenyum Meski Cuma Dapat Rp 838 Juta
“Bismillah saya coba. Mungkin inilah jalan kami. Dalam hati, saya tidak ingin menyerah. Sebab, sebagai pasangan yang sudah 15 tahun berumah tangga, memiliki anak adalah pertaruhan kami juga,” kata warga Surabaya Barat tersebut.
Setelah bertemu dengan dr Aucky, Titis akhirnya mengetahui bahwa dia dan suaminya masing-masing memiliki problem reproduksi. Titis mengalami ketidakseimbangan hormon yang membuat ovum alias sel telurnya cenderung kecil. Begitu juga suaminya. Sel spermanya cenderung lemah bahkan mati.
Tepat pada 2011, mereka akhirnya menjalani program bayi tabung. Mereka berdua secara intensif akhirnya menjalani terapi di RSIA Ferina. Setiap hari, setiap 24 jam sekali, Titis harus disuntik. Tujuannya, agar dia bisa menghasilkan ovum terbaik. “Suntikan itu saya jalani selama 9 hari,” katanya. Begitu juga sang suami meski dengan treatment berbeda.
Akhirnya, dr Aucky menemukan tiga ovum bagus dari Titis. Ovum tersebut lantas dimasuki sperma dari suaminya. Hasilnya adalah tiga embrio dengan kualitas yang excellent. Tiga embrio tersebut lantas ditanam di rahim Titis.
“Alhamdulillah, pertumbuhannya bagus. Bahkan tiga-tiganya jadi. Bayangkan saya hamil 3 anak. Berat badan saya sampai 150 kg,” katanya lantas terbahak sambil memeluk 3 anaknya yang terlahir kembar, satu laki-laki dan dua perempuan. “Mereka kini usianya sudah delapan tahun,” katanya.
Lain lagi dengan kisah Heppy Ayunita. Perempuan asal Yogyakarta ini hampir enam tahun tidak dikaruniai keturunan. Dia juga sempat mencoba bayi tabung di Yogyakarta dan Magelang, tetapi gagal.
“Tiga kali saya berusaha dan gagal. Usaha keempat saya lakukan dengan dr Aucky, alhamdulillah berhasil,” katanya.
Bahkan, dari tiga embrio yang ditanam di rahim Heppy, salah satunya membelah. Heppy pun dikaruniai dua anak kembar dan dua anak kembar identik. “Langsung jadi empat. Alhamdulillah,” katanya.
Titis dan Heppy merupakan peserta bayi tabung yang sukses di RSIA Ferina. Mereka menjalani gathering di rumah sakit tersebut sekaligus menandai peluncuran buku Mimpi yang Sempurna.
Buku tersebut berisi kisah para orang tua yang berhasil memiliki keturunan dengan program bayi tabung.
Acara tersebut juga diisi testimoni beberapa orang tua. Termasuk anggota DPRD Yogyakarta, Hanum Rais, yang sukses memiliki anak pertama dari bayi tabung.
Foto: source for JPNN.com
“Ketika menjalani bayi tabung, hormon untuk memproduksi sel telur dirangsang. Sehingga sangat memungkinkan produksi sel telur membaik setelah menjalani program bayi tabung tersebut. Setelah program, bisa jadi hormon-hormonnya membaik,” ujar dr Aucky. (*/adk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek