166 Orangutan Tersingkir dari Lahan Sawit

Sabtu, 06 Desember 2014 – 08:47 WIB
Seekor orang utan yang menjadi korban penembakan saat menjalani nekropsi. Foto Gunawan Sutanto/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com - PALANGKARAYA - Masih ingat dengan video pembantaian orangutan yang beredar di internet dua tahun silam? Cuplikan gambar menghebohkan tersebut belum membuat otoritas baik pusat maupun daerah memberikan perlindungan berarti bagi primata langka tersebut.

Kemarin (5/12) seekor orangutan asal Kalimantan Tengah tewas setelah ditemukan 40 butir peluru ditubuhnya.Orangutan malang itu meninggal setelah beberapa jam diserahkan ke lembaga swadaya masyarakat Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
 
Program Manager BOSF Nyaru Menteng, Palangkaraya, Denny Kurniawan mengatakan orangutan betina dewasa itu diserahkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah dalam kondisi mengenaskan pada Kamis dini hari (4/12), sekitar pukul 03.00 waktu setempat.

BACA JUGA: Perairan Natuna dan Anambas Jadi Lokasi Favorit Pencuri Ikan

"Saat datang kondisinya sudah lemah. Lengan kiri dan kaki kanannya patah," ujar Denny.

Tim medis BOSF Nyaru Menteng langsung melakukan tindakan medis para orangutan tersebut. Yang mengejutkan, setelah dilakukan x-ray, ternyata di tubuh hewan lucu itu dipenuhi sejumlah peluru angin. Total 40 peluru bersarang di kepala dan bagian tubuh lain.

BACA JUGA: Kapal Ditenggelamkan, Nelayan Asing Jera

Jumat pagi (5/12) akhirnya nyawa orangutan itu tak tertolong lagi. Jawa Pos sempat melihat langsung proses nekropsi (otopsi pada hewan). Dalam hasil x-ray memang tampak sejumlah lubang di tubuh orangutan ini. Dari jarak dekat juga terlihat luka dalam di sekujur tubuh.

Hasil x-ray menunjukkan ada 10 peluru bersarang di kepala, 8 peluru di kaki dan panggul kiri, 18 peluru di kaki dan panggul kanan, serta 6 peluru di dada dan tangan kanan.
Salah seorang pegawai BKSDA yang mengantarkan orangutan ini ke BOSF, Nandang sempat terkejut ketika Jawa Pos mengetahui kejadian ini dan melaporkan ke atasan. Koran ini memang sengaja datang ke BOSF untuk membuat sebuah liputan khusus mengenai rehabilitasi orangutan.

BACA JUGA: Menpar Curhat ke MenPAN-RB Terkait Larangan PNS Rapat di Hotel

Nandang juga berupaya menutupi penyebab kematian satwa ini dengan mengatakan kemungkinan orangutan itu ditembak oleh warga. "Mungkin diburu warga," ujarnya.

Padahal berdasarkan berita acara penyerahan, kronologi penemuan orangutan ini jelas berada di lahan perkebunan kelapa sawit. Orangutan disebutkan berasal dari Barunang Miri Estate atau PT. Surya Inti Sawit Kahuripan (SISK), sebuah perusahaan kelapa sawit yang merupakan anak perusahaan dari Makin Group.

Kronologi itu juga telah ditandatangani oleh beberapa orang dari perusahaan sawit, yaitu Arifin Susilo, Seno, dan Nyoto Suroso. Dalam kronologi dituliskan, orangutan ditemukan dalam kondisi lemah dan terluka pada, Rabu (3/12), sekitar pukul 06.30 di Blok F37 - Afdeling 7. Yang menemukan pertama kali ialah Seno, karyawan perawatan yang saat itu melakukan pekerjaannya di lokasi ditemukannya orangutan.

Penemuan orangutan yang mati mengenaskan di lahan perusahaan perkebunan kelapa sawit bukan kali pertama didapat BOSF. Data yang dipaparkan BOSF menujukan dari Makin Group saja ada 166 ekor orangutan yang tersingkir dari habitatnya. Sebanyak 100 individu sudah berhasil ditranslokasikan ke hutan-hutan di sekitar Kalimantan Tengah yang lebih aman.
"Dari ratusan orangutan itu, yang ditemukan mengenaskan dan akhirnya mati ada 19 ekor," ujar Denny.

Saat ini BOSF juga masih merawat 47 ekor orangutan yang didapat dari lahan Makin Group. "Sebanyak 47 ekor orangutan dari lahan Makin Group yang kami rawat, 44 ekor diantaranya sudah berhasil kami lepasliarkan ke habitatnya,"  kata Denny.

Sementara tiga lainnya tidak dapat dilepasliarkan dan harus tetap dirawat seumur hidupnya di Yayasan BOS Nyaru Menteng. Orangutan yang tak bisa dilepasliarkan itu biasanya mengalami sejumlah kendala. Di antaranya masalah kesehatan dan insting alami yang tak bisa dipulihkan.

Denny mengatakan, penemuan orangutan yang mengenaskan (ditembus 40 peluru) di lahan perkebunan sawit Makin Group bukan lagi kejadian luar biasa karena terus berulang. "Kami sangat mengharapkan komitmen dan aksi nyata pemerintah, masyarakat dan sektor swasta untuk melindungi orangutan. Terutama terkait upaya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan serta upaya pengalokasian lahan sebagai habitat yang layak bagi orangutan," tuturnya. (gun/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Asing Pakai Pukat Harimau, Nelayan Indonesia Kalah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler