jpnn.com, MATARAM - Lebih dari 167 ribu rumah untuk warga Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terdampak gempa dua tahun lalu, rampung dibangun. Sedangkan sekitar 41 ribuan rumah lainnya masih dalam proses pengerjaan sampai dengan Minggu (8/3).
Data ini diinformasikan oleh Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo pada Senin (9/3). BPBD Provinsi NTB mencatat, total rumah yang sudah selesai dibangun mencapai 167.873 unit.
BACA JUGA: Berita Terbaru Seputar Penyaluran Dana Pembangunan Rumah Tahan Gempa di NTB
Perinciannya terdiri dari rumah yang dulunya rusak berat (RB) 52.854 unit, rusak sedang (RS) 26.143 dan rusak ringan (RR) 88.876. "Sedangkan rumah dalam pengerjaan berjumlah 41.390 unit dengan rincian rumah yang dulunya RB 19.902 unit, RS 5.435 dan RR 16.053," ucap Agus.
Proses pengerjaan rumah ini melalui mekanisme kelompok masyarakat (pokmas) yang dibantu tenaga fasilitator. Pokmas mencapai 11.502 kelompok, sedangkan tenaga fasilitator mencapai 2.330 personel, yang terdiri dari TNI, Polri dan sipil.
BACA JUGA: Rombongan Paspampres Kecelakaan di Sungai Sebangau, Ada yang Belum Ketemu
Pembangunan rumah ini memakai beberapa teknik yang berbeda, seperti rumah instan struktur baja (risba), rumah instan sederhana sehat (risha), rumah instan konvensional (riko) atau rumah instan kayu (rika).
BACA JUGA: Sersan Satu La Ongge Meninggal Dunia, Ada Luka di Telinga
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab-rekon) di Lombok dan sekitarnya dilakukan pascagempa NTB dengan magnitudo 7,0. Gempa yang terjadi pada 5 Agustus 2018 lalu itu mengakibatkan lebih ratusan ribu rumah rusak. Total korban jiwa meninggal mencapai 564 jiwa dan luka-luka 1.886.
Selain itu, BNPB juga menginformasi perkembangan rehab-rekon bagi korban bencana di Sulawesi Tengah yang sedang berlangsung. Hingga Minggu (8/3), kemajuan pembangunan rumah yang telah selesai mencapai 2.506 unit atau sekitar 55,42 persen.
"Pembangunan rumah ini tersebar di Kota Palu sejumlah 943 unit, Kabupaten Sigi 924, Donggala 214 dan Parigi Moutong 425," kata Agus.
Sementara itu, total target pembangunan rumah mencapai 4.522, dengan rincian Palu 1.594, Sigi 1.602, Donggala 899 dan Parigi Moutong 427.
Distribusi pembangunan rumah ini dilakukan di kawasan rumah warga sebelumnya (insitu) dan juga kawasan relokasi. Total biaya yang diberikan untuk pembangunan target rumah tersebut mencapai Rp 235,5 miliar.
Proses rehab-rekon rumah dilakukan dengan beberapa jenis atau tipe rumah seperti di NTB. Pascagempa Sulteng, warga ada yang membangun rumah dengan tipe risha, riko, rika dan risma. Sebagian besar warga memiliki rumahnya dibangun kembali dengan jenis riko 3.659 unit, risha 694, rika 127 dan risma 42.
Kemudian, pembangunan rumah insitu dan relokasi di Kota Palu dikerjakan melalui sinergi multipihak. Di bawah koordinasi pemerintah daerah setempat, beberapa lembaga, seperti Budha Tzu-Chi, AHA Centre, Arkom maupun pemerintah daerah tetangga, seperti Pemerintah Kota Surabaya menyumbang dalam proses rehab-rekon ini.
Agus menambahkan, pemulihan ini dilakukan setelah gempa berkekuatan 7,4 mengguncang Provinsi Sulawesi Tengah. Gempa waktu itu, 28 September 2018, pukul 18.02 Wita, tidak hanya memicu terjadinya goncangan tetapi tsunami dan likuefaksi di beberapa titik.
"Data BNPB per 5 Februari 2019 mencatat korban meninggal mencapai 4.340 jiwa dan luka-luka 4.438. Total dampak kerugian akibat bencana ini mencapai Rp 2,89 triliun dan kerusakan Rp 15,58 triliun," pungkas Agus. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam