jpnn.com - Masrani, 48, warga Jalan Gunung Sari VII/11 Teluk Dalam, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kalimantan Selatan, tergolong sosok yang tak gampang putus asa.
Ia bersama sang anak gadisnya, Santi, menggunakan sepeda ontel keliling Indonesia. Bukan untuk wisata apalagi menikmati santai di perjalanan.
BACA JUGA: Imam Histeris Temukan Ayahnya Tewas di Sungai
EMANUEL LIU, Palangka Raya
Santi sejak lahir menderita epilepsi. Sang ibu meninggal saat melahirkannya. Pulau Jawa, Bali, dan Papua sudah diseberanginya. Mengayuh sepeda ontel dengan semangat tak kenal lelah.
Keinginannya berkeliling Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 2000 lalu. Saat itu, Santi masih berusia 2 tahun. Kini, Santi sudah beranjak meninggalkan masa remaja.
Usianya kini hampir 20 tahun. Kesehariannya berbeda dengan remaja seusianya yang sekolah dan bermain.
“Saya ingin mengelilingi Indonesia sambil mencari orang pintar dan obat untuk menyembuhkan penyakit epilepsi yang diderita oleh anak saya Santi, yang telah dideritanya sejak lahir,” kata Masrani sambil memandang wajah polos anak gadisnya.
Semenjak ditinggal pergi istri tercinta karena sakit usai melahirkan anaknya yang kedua tersebut, ia harus bekerja sembari menjaga dan merawat buah hatinya itu. Hidup serba keterbatasan. Sementara anak sulungnya sudah bekerja dan berkeluarga.
“Anak saya Santi tidak mau tinggal dengan kakaknya, dan karena mengalami penyakit tersebut maka saya memilih merawat dia sendiri, hingga memutuskan untuk berkeliling Indonesia sambil menggendong anak saya yang masih berusia 2 tahun saat itu,” ungkapnya dengan nada sedih.
Sebelum memutuskan keliling Indonesia, ia berupaya mengobati anaknya. Dibawa ke dokter maupun orang pintar (paranormal). Belum ada tanda-tanda kesembuhan Santi.
Beberapa pulau sudah diseberangi. Hingga suatu waktu ia bertemu orang bersedia mengobati Santi. Namun, persyaratan yang diminta tidak sesuai dengan keyakinannya.
Ia diminta (maaf) mengencingi kepala anaknya dan disuruh makan daging babi. Keyakinannya sebagai seorang muslim, membuatnya tidak melanjutkan pengobatan dengan cara tersebut.
Penyakit epilepsi (ayan) anaknya kambuh saat mereka sedang bersepeda. Dengan penuh kesabaran, ia mencoba menenangkan diri dengan membaca salawat sembari menemani anaknya dalam situasi apapun.
Selama perjalanan mereka hanya mengandalkan belas kasihan dan sedekah, mulai dari makan, minum dan tempat beristiharat. “Kalau capek, kami memilih untuk beristirahat di masjid ataupun musala yang ada,” lanjutnya.
Dengah wajah cukup polos, Santi memotong perbincangan kami. Santi menceritakan perjalanannya keliling Indonesia bersama sang ayah tercinta, masuk dalam acara Hitam Putih yang disiarkan stasiun televisi swasta nasional.
“Kami pernah masuk televisi Mas, dan itu sudah beberapa waktu lalu,” celetuk putri kedua Masrani tersebut sambil tersenyum.
Sebelum mengakhiri perbincangannya, Masrani mengakui walaupun ia seorang muslim, terpaksa tidak menjalankan ibadah puasa selamam bulan Ramadan ini, karena merasa harus mengumpulkan tenaga untuk mengayuh sepeda ontel tersebut. Dengan jarak tak terhingga. Sampai waktu tak menentu.
“Saya tidak puasa Mas. Karena apabila puasa, maka bisa-bisa saya lemas dan tidak dapat mengayuh sepeda serta melanjutkan perjalanan kami lagi,” tutupnya ketika berbincang-bincang di Gedung Biru Kalteng Pos (Jawa Pos Group), Jumat (9/6).
Beberapa daerah yang pernah dilalui mereka diantaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Palu, Bali, Makasar, Papua dan lainnya. Saat ini, mereka sedang menjadwalkan untuk mengunjungi Pulau Maluku. (*)
Redaktur & Reporter : Soetomo