jpnn.com - Kasus dua bocah perempan kecanduan seks, yang selama ini dibesarnya di kawasan lokalisasi Dolly dan Jarak, Surabaya, memang cukup memprihatinkan.
Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya langsung melakukan pendampingan secara berkala.
BACA JUGA: Kisah 2 Bocah Perempuan Usia 8 Tahun di Dolly, Bikin Sedih
Dinkes Surabaya langsung memberikan pendampingan psikolog dan psikiater terhadap kondisi Putri dan Bunga, nama samara kedua bocah tersebut.
Sejak 2014 lalu Putri langsung diberikan pemahaman tentang tingkah lakunya yang tidak tepat dilakukan oleh anak seusianya.
BACA JUGA: Ssttt... Ini Peran Imelda Si Cewek di Bokep dengan Bocah
“Perlahan tetapi pasti akhirnya ya hilang juga kecanduannya meski kami tetap pantau,” kata Kepala Dinkes Surabaya drg Febria Rachmanita.
Dia mengungkapkan, psikiater dan psikolog bekerja keras juga untuk menyembuhkan Bunga. Bahkan, obat penurun libido juga akan diberikan jika kondisi Bunga terus kecanduan seks.
BACA JUGA: Kiai Maman Geram ke Pelaku Pembuatan Bokep Bocah dan PSK
Hal tersebut terus dikoordinasikan antar psikiater, psikolog dan DP5A agar kondisi Bunga semakin normal. “Di sekolah juga kita koordinasi dengan pihak sekolah terkait kondisi Bunga,” ujarnya.
Menurutnya, dukungan dari orang tua Putri dan Bunga juga sangat mempengaruhi kondisi psikis kedua bocah cantik tersebut.
Selain itu faktor lingkungan, juga sangat berpengaruh untuk mendukung kesembuhan.
“Di lokalisasi Dolly ada banyak orang dewasa yang mengajarkan pada mereka tentang seks. Itu kan keterlaluan,” jelasnya.
Selama kondisi Bunga belum pulih, maka pendampingan akan terus dilakukan. Hal itu untuk mencegah agar Bunga tidak kumat melakukan tindakan senonoh lagi. “Kasihan masa depannya masih panjang,” ujarnya.
Dinkes juga berharap peran dari orang tua dan masyarakat untuk melaporkan kasus serupa ke Dinkes maupun DP5A.
Sehingga, akan langsung dilakukan pendampingan terhadap terhadap orang maupun bocah yang kecanduan seks.
“Kami harap setelah lokalisasi Dolly dan Jarak ditutup tidak ada lagi dampak negatif yang muncul,” pungkasnya.
Diketahui, Pemkot Surabaya, Jatim, sudah menutup lokalisasi Dolly dan Jarak pada Juni 2014 lalu.
Pemkot Surabaya menemukan dua kasus anak di bawah umur mengalami kecanduan seks (sex addict), sebagai dampak dari keberadaan lokalisasi tersebut.
Kasus pertama ditemukan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) pada pertengahan 2014 lalu, saat Pemkot Surabaya menutup lokalisasi Dolly dan Jarak.
Putri, seorang anak perempuan berusia 8 tahun, mengalami kecanduan seks.
Bocah berparas cantik itu tinggal di kawasan Dolly bersama dengan ibunya yang menjadi PSK. Diduga karena pengaruh pergaulan bebas di lokalisasi di Surabaya tersebut, membuat Putri berperilaku menyimpang.
“Saya menemukan bocah tersebut, saat itu usia 8 tahun, sangat kecanduan seks,” kata Kepala DP5A Nanis Chairani.
Nanis juga kaget saat mendengar informasi tersebut. Dia langsung mengecek kondisi Putri yang pada saat itu belum sekolah. “Memang sangat liar dan sangat haus seks,” kata Nanis.
Dia mengungkapkan, ciri-ciri sex addict yang terjadi pada Putri sangat terlihat dari tingkah lakunya. Meski masih bocah, tetapi gaya bahasa dan perilakunya seperti perempuan dewasa yang “nakal”.
“Sangat luar biasa di luar kendali, jauh dari perilaku bocah perempuan kecil yang normal,” jelasnya. (vga/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ya Ampun, Dua Bocah Disuruh Jadi Pemeran Bokep dengan PSK
Redaktur & Reporter : Soetomo