jpnn.com, JAKARTA - Obesitas anak adalah masalah kesehatan yang kompleks.
Gangguan kesehatan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga bisa terjadi pada anak.
BACA JUGA: Ada Apa Antara Raisa dengan Pisang? Lihat Nih Fotonya
Namun, anak yang bertubuh tambun kerap dianggap lucu dan menggemaskan.
Padahal, ada masalah yang cukup serius di baliknya.
BACA JUGA: Hindari 4 Hal yang Hilangkan Vitamin C dari Buah dan Sayuran
Centers for Disease Control and Prevention menyebut ciri-ciri anak yang dinilai obesitas.
Pertama, ketika berat badan berada jauh di atas ambang batas normal atau sehat untuk usia dan tinggi badannya.
BACA JUGA: Bau Mulut Saat Puasa, Hindari Minuman ini Ketika Sahur
Penyebab kenaikan berat badan berlebih pada anak serupa dengan yang terjadi pada orang dewasa, termasuk perilaku dan genetika.
Masalah kelebihan berat badan pada anak-anak pantas untuk mendapat perhatian utama, karena jika dibiarkan akan mengalami masa depan dengan penuh masalah kesehatan.
Dalam jurnal ilmiah yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information dari National Library of Medicine di Amerika Serikat, disebutkan bahwa obesitas pada anak telah mencapai tingkat epidemi di negara maju maupun di negara berkembang.
Obesitas pada masa kanak-kanak diketahui juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan fisik, sosial, dan emosional anak, serta harga diri.
Jurnal tersebut menyebutkan, obesitas pada anak juga terkait dengan prestasi akademis yang buruk dan kualitas hidup yang lebih rendah dialami oleh anak.
Ciri kedua anak disebut obesitas dikemukakan spesialis kedokteran olahraga RS Mitra Kemayoran Jakarta Dr Michael Triangto, SpKO.
Yakni, adanya warna kehitaman pada sekeliling kulit bagian leher pada anak.
dalam istilah medis disebut sebagai Pseudoacanthosis nigricans yang merupakan tanda tingginya kadar hormon Insulin di dalam tubuh.
"Munculnya kondisi obesitas pada anak tentunya tidak lepas dari makan yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik yang diakibatkan oleh bertambah banyaknya kegiatan akademis di sekolah maupun yang dilakukan setelah sekolah," ujar Michael dalam keterangannya.
Michael menambahkan minimnya aktivitas gerak pada anak juga didukung dengan maraknya permainan yang melibatkan komputer ataupun televisi yang jelas-jelas sangat menyita waktu saat berada di rumah.
Belum lagi kurangnya sarana bermain di luar rumah dengan alasan keamanan, akan mendorong orang tua untuk lebih suka bilamana anaknya berada di dalam rumah.
"Yang pada akhirnya menyebabkan anak-anak mereka sangat kurang beraktivitas fisik dan merupakan salah satu sebab terjadinya obesitas pada anak,” kata Michael.
Menurut Michahel, kondisi yang terjadi perlu penanganan menyeluruh baik dari pemerintah maupun peran keluarga.
Ia kemudian menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua.
"Temukan tanda-tanda Pseudoacanthosis Nigricans agar dapat dilakukan pencegahan terjadinya Diabetes Melitus pada usia muda," ujar Michael.
Pseudoacanthosis Nigricans merupakan kelainan pada pigmentasi kulit.
Ditandai dengan munculnya area seperti beludru berwarna gelap pada lipatan-lipatan di tubuh seperti ketiak, pangkal paha dan leher.
Kulit yang terpengaruh seringkali mengalami penebalan.
Michael juga menyebutkan pentingnya peran orang tua dalam menentukan untuk membeli kelengkapan ataupun permainan bagi anak mereka agar dapat memacu anak lebih banyak beraktivitas fisik.
Perhatian bagi anak tidak selamanya dapat digantikan dengan membelikan makanan dan minuman kesukaan anak mereka dalam jumlah berlebihan karena nilai kesenangan tersebut di kemudian hari dapat berubah menjadi masalah obesitas yang sulit diatasi, ujar Michael.
"Sediakan waktu bagi anak untuk beraktivitas fisik yang cukup agar mereka dapat memaksimalkan kemampuan fisik, mental, spiritual, intelegensi dan juga kepribadian agar mereka dapat menjadi generasi penerus yang sehat dan siap untuk bersaing di dunia," tutup Michael.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang