2 Nakhoda WNI Diculik Perompak Filipina

Senin, 07 November 2016 – 09:47 WIB
Menlu Retno Marsudi. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - SABAH - Warga Negara Indonesia kembali menjadi korban penyanderaan. Kali ini dua kapten kapal penangkap ikan berbendera Malaysia asal Indonesi, disandera kelompok bersenjata pada Sabtu (5/11).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan informasi terkait penculikan dua nakhoda WNI di perairan Sabah, Malaysia. 

BACA JUGA: Dua Kapten Kapal WNI Disandera, Begini Kronologisnya

Dua nakhoda berusia 52 dan 47 tahun itu sedang berada di perairan Sabah yang memang dekat dengan Filipina Selatan saat perompak sedang beraksi. Alhasil, kapal mereka dijarah dan kaptennya diculik kelompok yang sama.

''Keduanya adalah WNI asal Buton, Sulawesi Tenggara, yang bekerja secara legal di kapal penangkap ikan di Malaysia,'' ujar Menlu, Minggu (6/11).

BACA JUGA: Heboh! Donald Trump Dilarikan Secret Service saat Kampanye

Dia menjelaskan, kapal penangkap ikan dengan nomor SSK 00520 F tersebut menjadi korban perompakan pertama pada pukul 11.00 waktu setempat. Setelah itu, lima orang bersenjata mencari korban lain dan menemukan kapal penangkap ikan dengan nomor SN 1154/4F.

''KJRI Kota Kinabalu dan KRI Tawau sudah berkoordinasi di Sandakan untuk mendapatkan informasi lebih rinci mengenai kejadian tersebut. Koordinasi akan dilakukan dengan pihak keamanan Malaysia, pemilik kapal, dan ABK yang lolos dari penyanderaan,'' katanya.

BACA JUGA: Oh Sedihnya, Anak Tiga Tahun Michael Buble Menderita Kanker

Retno juga telah berbicara langsung dengan Menlu Malaysia Anifah Aman untuk menyampaikan keprihatinan pihak Indonesia. Sebab, Sabah berkali-kali menjadi wilayah serangan perompak. ABK WNI yang menjadi korban bukan kali pertama terjadi tahun ini. Misalnya, kasus kapal penangkap ikan LD/113/5/F di Lahad Datu pada 9 Juli lalu. 

'Kami meminta pemerintah Malaysia untuk membantu pembebasan WNI yang saat ini diculik,'' ungkapnya. 

Terkait para penyandera, dia mengaku sedang mencari identitas mereka. Indonesia pun meminta informasi dari penasihat perdamaian presiden Filipina terkait dugaan bahwa kelompok bersenjata itu merupakan bagian dari kelompok Abu Sayyaf. 

Hal tersebut juga diperkuat temuan sementara satgas perlindungan dari Konsulat Jenderal RI Kinabalu. ''Kami sudah menghubungi semua pihak terkait, termasuk enam WNI ABK yang selamat dari aksi pembajakan tersebut,'' ujarnya. 

Dia menceritakan, kelompok tersebut menjarah semua barang berharga dan menculik kapten dari dua kapal korban itu. Setelah aksi tersebut, korban selamat mengaku melihat 5 orang dari kelompok bersenjata serta 2 sandera lari ke arah Tawi-Tawi, Filipina Selatan. Karena itu, pemilik kapal juga menunggu adanya komunikasi dari perompak.

Dia mengaku sudah meneruskan imbauan dari pemerintah RI kepada ABK WNI di Sabah untuk tidak melaut sampai situasi kondusif. 

''Kami sangat khawatir dengan kondisi ABK WNI di sini yang mencapai 6 ribu jiwa. Sebab, wilayah yang rawan itu memang kaya ikan,'' jelasnya.

Sementara itu, Komandan Keamanan Timur Sabah Datuk Wan Bari Wan Abdul Khalid mengatakan, tiga anggota kelompok bersenjata itu memakai seragam dan dua lainnya berpakaian sipil. 

"Mereka mematikan peralatan komunikasi. Termasuk sistem GPS dari kapal-kapal nelayan itu," katanya seperti dikutip The Strait Times. 

Dia meyakini para penculik berasal dari salah satu pulau di Tawi-Tawi dan ditengarai tidak terkait kelompok Abu Sayyaf. (bil/c6/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Trump: Saya Tak Butuh JLo, Jay Z, Gitar atau Piano, Cukup Saya Sendiri


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler