2 Pekerja Tewas Tertimbun Longsor

Dua Lainnya Kritis saat Pemasangan Pondasi Ponpes Ass Shidqu

Minggu, 15 Juli 2012 – 03:17 WIB

KUNINGAN - Nasib mengenaskan dialami Taman (43) dan Saridah (43). Kedua pekerja asal Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon itu, tewas seketika setelah tertimpa longsoran tanah saat mengerjakan pemasangan pondasi bangunan Pondok Pesantren Ass Shidqu di Dusun Pajaten, Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Sabtu (14/7).

Selain dua pekerja yang tewas, dua lainnya yakni Masyudi (30) warga RT 07/02 Dusun Pawadusan, Desa Halimpu, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon dan Yusuf, penduduk Sampiran mengalami luka serius.

Kedua mayat pekerja itu dibawa ke UGD RSIA Linggajarti, Cilimus. Untuk keperluan visum, mayat Taman dan Saridah dibawa aparat kepolisian ke RSU 45 Kuningan. Sedangkan Yusuf setelah mendapatkan perawatan di RSIA Linggarjati dirujuk ke RS Ciremai, Kota Cirebon karena lukanya lumayan parah. Korban lainnya, Masyudi yang mengalami luka di kepala dan kakinya menjalani perawatan medis di Puskesmas Cilimus. 

Informasi yang diperoleh Radar Cirebon (JPNN Group) di lokasi kejadian, peristiwa yang merenggut dua nyawa tersebut terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Saat kejadian, keempat pekerja tengah melakukan penggalian pondasi untuk bangunan pesantren. Pondasi yang digali para pekerja mencapai kedalaman dua meter dan lebar dua meter. Keempat pekerja bersama 19 orang lainnya berada di dalam pondasi yang digali.

Menurut keterangan korban selamat, Masyudi, saat itu dirinya bersama tiga temannya sedang melakukan penggalian tanah. Di sebelah kiri ada Yusuf yang bekerja memecahkan batu. Masyudi sendiri sedang istirahat dengan cara berdiri menyender ke dinding tebing. Tanah yang digali para pekerja dinaikkan ke atas dan disimpan di pinggir sawah. Rupanya tanah galian itu bergeser dan kemudian menimbunnya bersama tiga rekannya.

“Ketika itu saya sedang istirahat dengan senderan ke tebing yang di atasnya ada sawah. Sementara tak jauh dari saya ada Yusuf, Taman dan Saridah. Sebelumnya saya sempat melihat Yusuf sedang memecahkan batu, dan dua lainnya menggali tanah. Tak lama kemudian tanah bekas galian yang disimpan di pinggir sawah, runtuh dan menimpa saya dan teman-teman. Beruntung nyawa saya terselamatkan setelah warga menggali tanah yang menimbun saya,” papar Masyudi yang mengalami luka di kepala dan kakinya.

Dia menambahkan, hampir selama setengah jam tertimbun urugan tanah. Untungnya, meski badannya tertimbun tanah, tapi pria yang masih lajang itu tetap sadar. Dia berusaha menggerak-gerakkan tangannya dan berteriak meminta pertolongan.

“Saya untungnya masih sadar dan berteriak minta tolong. Mungkin teriakan saya terdengar pekerja lainnya yang sedang memberi pertolongan. Akhirnya saya berhasil diangkat dari dalam tanah, namun kaki saya sakit karena terjepit batu,” terang dia yang ditemani ibunya, Nurhayati di ruang perawatan Puskesmas Cilimus.

Warga setempat, Dudung mengatakan, ambruknya tanah bekas galian pondasi dan menimbun keempat pekerja berlangsung sangat cepat. Para pekerja sendiri ada yang berteriak minta tolong sambil kemudian berusaha mengeluarkan korban dari timbunan balai yang masih basah tersebut. ”Namun dua pekerja yang mengalami luka parah pada bagian kepala tidak bisa tertolong, mungkin karena tertimpa batu. Sedangkan dua lagi mengalami luka patah pada tangan dan kakinya," kata Dudung yang ikut membantu proses evakuasi.

Korban tewas dan luka-luka kemudian dibawa ke IGD RSIA Linggajati untuk penanganan medis dengan diantar sejumlah pengurus pondok pesantren. Korban meninggal dibawa ke kamar mayat RSU 45 Kuningan, dan rencananya akan diserahkan oleh pihak pesantren ke keluarganya masing-masing, sedangkan korban luka dirujuk ke RST Ciremai, Cirebon, untuk pengobatan lanjutan.

Kapolsek Cilimus Kompol Sri Muktiningsih mengungkapkan, dari hasil olah TKP, musibah tersebut murni kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan. Dari pihak keluarga korban pun menyatakan menerima dengan ikhlas dan hanya meminta agar korban meninggal segera dipulangkan setelah dimandikan.  

Sementara Ketua Yayayasan Hasnur Al-Arsyad, H Abdurrahman, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas musibah tersebut, pihaknya akan menanggung semua biaya pengobatan untuk korban luka, sedangkan untuk korban meninggal akan diberi santunan bagi keluarga yang ditinggalkannya.

"Kami pun tidak berharap musibah ini terjadi. Namun sebagai bentuk tanggung jawab kami, akan ada sedikit santunan bagi keluarga korban meninggal dan bagi korban luka-luka, semua biaya pengobatannya akan kami tanggung," kata Abdurrahman.

Dari pantauan Radar, hingga tadi sore lokasi galian yang menelan dua korban masih didatangi warga. Umumnya warga ingin melihat langsung tempat kejadian. “Penasaran karena mendengar ada kejadian yang menewaskan dua pekerja, makanya saya datang ke sini bersama teman. Dikira saya yang runtuh itu bukit ternyata pondasi bangunan,” tutur beberapa warga yang mendatangi lokasi.

Terpisah, Yusuf (50), warga Plaosan Gronggong, Kabupaten Cirebon masih menjalani perawatan intensif di RS Ciremai Kota Cirebon. Saat dikunjungi Radar, dia mengungkapkan, ketika peristiwa longsor terjadi, dirinya tengah menggali tanah untuk pembangunan pondok pesantren di Sempora Cilimus. Dia sangat kaget karena tiba-tiba terjadi longsor dan dia pun sempat terkubur tanah. Beruntung, dia berhasil diselamatkan, meski mengalami luka pada bagian tangan.

“Saya buruh bangunan, waktu longsor saya lagi menggali tanah, tiba-tiba longsor. Saya jadi terkubur, tapi alhamdulillah berhasil diselametkan warga,” ujarnya. Dalam kejadian longsor tersebut, Yusuf mengalami patah tulang tangan kiri dan luka-luka pada bagian wajah. (ags/den)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Persiapan Ramadan, Kuota BBM Ditambah 81 Ton


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler