jpnn.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) bersama pemerintah tengah mengkaji dua skema penjualan liquefied petroleum gas (LPG/elpiji) bersubsidi 3 kg.
Hal itu dilakukan agar tabung melon tersebut bisa benar-benar dinikmati golongan tidak mampu.
BACA JUGA: Teknologi Bikin Pertamina Hulu Mahakam Hemat Jutaan Dolar
Skema pertama adalah menggunakan sistem distribusi tertutup, yakni melengkapi tabung gas dengan kode baris (barcode).
Barcode tersebut akan disambungkan dengan sistem informasi dan teknologi untuk dicocokkan dengan barcode yang dimiliki masyarakat tidak mampu.
BACA JUGA: Pertamina Uji Pasar Bright Gas 3 kg
Skema kedua adalah mengintegrasikan pembelian elpiji bersubsidi dengan bantuan sosial lain menggunakan kartu keluarga sejahtera (KKS).
Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan, penggunaan barcode itu bertujuan mengawasi distribusi tabung melon di masyarakat.
BACA JUGA: Harga BBM Naik, Jangan Korbankan Pertamina demi Citra Jokowi
’’Jadi, ini, kan, sinergi juga. Kan ada beberapa produk yang diberikan kepada masyarakat miskin kalau tidak salah Bulog mengeluarkan kartu. Kami juga bakal lakukan,’’ kata Nicke, Rabu (4/7).
Dia menyatakan, dua skema tersebut bisa diterapkan secara bersamaan sekaligus.
’’Menggunakan kartu itu supaya memudahkan dalam pemberian subsidi. Untuk barcode, itu kan cara Pertamina memonitor, kemudian mengawasi distribusi elpiji,’’ ujar Nicke.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Ritel PT Pertamina (Persero) Mas’ud Khamid memproyeksikan ada peralihan pengguna tabung melon dari kalangan mampu ke elpiji 3 kg nonsubsidi.
Pertamina memprediksi tabung pink 3 kg itu dapat mengambil pangsa pasar tabung melon 10–20 persen dari total konsumsi tabung melon saat ini. ’
’Jadi, selama ini dia terpaksa membeli yang subsidi karena nonsubsidi tidak ada. Nah, nanti karena ada nonsubsidi, dia tidak membeli yang subsidi lagi,’’ terang Mas’ud.
Pihaknya mencatat terdapat pertumbuhan konsumsi tabung melon lima persen hingga akhir Juni 2018 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Total konsumsi tabung melon pun diproyeksikan mencapai 6,6 juta metrik ton hingga akhir tahun. Tumbuh dari konsumsi tahun lalu yang hanya 6,3 juta ton metrik ton.
Proyeksi total konsumsi hingga 6,6 juta metrik ton itu juga melebihi kuota subsidi elpiji dalam APBN 2018 sebesar 6,45 juta metrik ton.
Pemerintah terus melakukan upaya agar pembengkakan konsumsi tabung melon yang terjadi setiap tahun dapat ditekan.
’’Diluncurkan untuk mengambil posisi market di mana ada pelanggan yang perlu tiga kg nonsubsidi karena mereka mampu yang sebelumnya belum kami siapkan,’’ tutur Mas’ud. (vir/c14/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR Anggap Kenaikan Pertamax tidak Masalah
Redaktur : Tim Redaksi