2015, Belanja Iklan Televisi Menurun Cukup Tajam

Kamis, 10 Desember 2015 – 17:02 WIB
Ilustrasi televisi. Foto: Pixabay

jpnn.com - JAKARTA – Industri periklanan di Indonesia menunjukkan tren luar biasa dalam sepuluh tahun terakhir. Pada 2014 lalu, total belanja iklan mencapai Rp 150 triliun. Jumlah itu melesat tajam dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Sebagai perbandingan, belanja iklan pada 2008 hanya Rp 41 triliun. Fakta itu membuka peluang bisnis lain. Nah, Adstensity, sebuah aplikasi media monitoring khusus iklan-iklan TV menjalin kerjasama dengan Adstream Worldwide dalam penyediaan data dan tools yang mendukung industri periklanan televisi di tanah air.

BACA JUGA: Pengusaha Kewalahan Penuhi Pesanan Semen

Adstream Worldwide adalah perusahaan data aset manajemen global bagi industri advertising dan marketing yang berkantor pusat di Inggris. Adstensity akan memberikan feed data-data seputar post placement iklan TVC (ads spot) secara real-time.

Di sisi lain, Adstream Worldwide akan memberikan akses terhadap dinamika pre-placement TV ads yang ada di industri periklanan TV Indonesia. Kerja sama itu membuat layanan Adstream Worldwide maupun Adstensity menjadi saling melengkapi.

BACA JUGA: Maret 2016, Nilai Tukar Rupiah Hancur

Konsumen Adstream kini bisa memonitor aktivitas post-placement industri periklanan di televisi Indonesia. Akses ini menjadikan konsumen bisa memetakan dinamika yang tengah terjadi secara real-time.

Namun, berdasarkan data tayangan iklan TVC/ads spot yang dikumpulkan Adstensity hingga 30 November, belanja iklan televisi menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Penjualan Mobil Tak Capai Target, Diler Makin Realistis

Tahun ini diperkirakan hanya Rp 71,4 triliun. Sedangkan tahun lalu belanja iklan televisi mencapai Rp 99 triliun alias 66 persen dari total pendapatan iklan nasional. Pasalnya, perolehan iklan televisi sepanjang 1 Januari-30 November baru Rp 65,559 triliun.

Artinya, ada gap sebesar Rp 33,441 trilun pada sebulan terakhir. Dengan rata-rata belanja per bulan sebesar Rp 5,9 triliun, tambahan pendapatan pada Desember ini tak akan menyamai tahun lalu.

Nominal itu meleset dari target yang pernah disebut PPPI. Pada November 2014 lalu, PPPI menargetkan belanja iklan nasional sepanjang 2015 ialah Rp 172,5 triliun. Sumbangan iklan televisi diperkirakan mencapai Rp 113,5 triliun. Namun, target saat ini hanya tercapai 62,9 persen.

“Perlambatan ekonomi boleh jadi penyebab utama, yang ditandai oleh memburuknya kurs tukar rupiah terhadap USD, sehingga banyak rencana belanja iklan tidak bisa dieksekusi dengan baik,” kata A Sapto Anggoro selaku CEO PT Sigi Kaca Pariwara, Kamis (10/12).

Namun, ada juga brand yang melakukan belanja iklan televisi lebih dari Rp 1 triliun per tahun. Yakni Djarum yang hingga November 2015 mencapai Rp 1,005 triliun.

Sedangkan Sampoerna berada di posisi kedua dengan belanja iklan televisi menyentuh angka Rp 902 miliar. (jos/jpnn)

 

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 100 Koperasi Abal-abal Akan Dibubarkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler