2016 Indonesia Bebas Bencana Asap

Jumat, 09 Desember 2016 – 09:28 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya saat mencoba peralatan pemadam titik api di lahan gambut, dalam salah satu kunjungan kerjanya ke daerah. Foto for JPNN.com

jpnn.com - CATATAN sejarah baru ditorehkan pemerintahan saat ini. Setelah hampir dua dekade, akhirnya masyarakat di kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), khususnya di Sumatera dan Kalimantan, bisa merasakan tahun bebas bencana asap. 

Hingga November, jumlah hotspot atau titik api secara Nasional berkurang hingga 70-90 persen.

BACA JUGA: Gandeng PMI, Citilink Angkut 11 Ton Logistik untuk Korban Gempa Aceh

''Untuk pertama kalinya, di tahun 2016 ini kita tidak mengalami kebakaran hutan dan lahan yang berarti, karena semua wilayah dapat dikelola secara bahu membahu, dengan penurunan hotspots secara nasional sampai dengan 80-92 persen menurut metode  NOAA dan Terra,'' ungkap Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya.

Semua ini katanya, merupakan karena berbagai upaya seperti patroli yang dilakukan setiap hari, juga deploy helikopter yang stand by sebanyak 23 unit.

BACA JUGA: Dinasti Politik Pilkada Harus Dicegah, Begini Alasannya

Water bombing sekitar 92 juta liter air, upaya hujan buatan serta langkah-langkah penegakan hukum melalui sanksi administratif, pidana dan perdata. 

''Untuk pertama kalinya pula dilakukan sanksi administratif dalam kejahatan kehutanan, kita berlakukan yaitu dengan pencabutan izin, pembekuan dan sanksi paksaan pemerintah,'' tegas Menteri Siti.

BACA JUGA: Oh, Ternyata Ini Provinsi Kepulauan Terluas di Indonesia

Namun demikian katanya, berbagai tantangan masih ada, yaitu upaya  pencegahan dengan manajemen landscape atau wilayah atau area, baik di kawasan maupun dalam lahan masyarakat serta sistem early warning yang lebih sistematis. 

''Saya yakin sepenuh hati, dengan kebersamaan dan keseriusan semua pihak mengambil tanggungjawabnya, serta penuh kejujuran untuk melihat kondisi yang ada, maka masalah ekologis yang sudah menahun ini pasti bisa diatasi,'' kata Menteri Siti optimis.

Penurunan Drastis Titik Api 

Jumlah hotspot tahun 2016 dibanding tahun 2015 (Periode 1 Januari-9 Desember) dari pantauan satelit NOAA18/19 mengalami penurunan dari 21.847 titik tahun lalu, menjadi 3.844 titik pada tahun 2016.

Di Riau, pada periode yang sama tahun 2015 terdapat 1.924 titik api, sementara tahun ini turun jadi 371 titik. Sedangkan di Kalteng, dari 4.283 titik api tahun lalu, turun menjadi 257 titik api pada tahun ini.

Sementara berdasarkan satelit TERRA/AQUA (NASA), dengan periode yang sama, terlihat jumlah hotspot tahun 2016 berkurang banyak. Tahun sebelumnya tercatat 70.252 titik api, tahun ini menjadi 3.814 titik api.

''Penurunan yang cukup signifikan itu tidak terlepas dari upaya tiada henti tim terpadu di lapangan. Mereka bekerja tanpa mengenal hari libur bahkan sampai bermalam di lokasi untuk menjaga titik api tidak meluas. Lokasi yang sulit dijangkau melalui jalur darat, dilakukan pemadaman melalui jalur udara,'' kata Menteri LHK, Siti Nurbaya.

Untuk memaksimalkan upaya pengendalian Karhutla, Pemerintah Provinsi juga sudah menetapkan Status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Asap akibat Karhutla, seperti di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jambi dan Kalimantan Selatan.

Selain itu dilakukan patroli terpadu sebagai upaya mensinergikan para pihak dalam pencegahan Karhutla sampai pada tahap tapak (masyarakat). Patroli Terpadu melibatkan unsur Manggala Agni, Polhut, TNI, POLRI, pers, LSM dan aparat desa/tokoh masyarakat.

Pelaksanaan patroli berbasis komando bertingkat dengan operasional Posko Desa, Posko Daops, Posko tingkat Provinsi (Balai Besar/Balai KSDA/TN) dan Posko Nasional di KemenLHK.

''Kita bersyukur tahun ini bencana Karhutla bisa diatasi dan rakyat tidak merasakan derita bencana asap seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita terus menekan semaksimal mungkin jumlah titik api penyebab meluasnya dampak asap,'' jelasnya.

''Kondisi perubahan iklim, emisi terbesar berasal dari kebakaran hutan dan lahan, yang telah membongkar simpanan karbon dan melambungkannya ke atmosfer,'' tambahnya.

Maka dari sinilah, salah satu cara menahannya adalah membangun mekanisme pengendalian Karhutla secara terpadu. Selain itu dibangun mekanisme pencegahan dan deteksi dini, untuk mengurangi potensi Karhutla.

Diantaranya dengan membangun 18.507 bangunan manajemen air, dan membentuk 347 dari target 731 desa patroli terpadu. Selain itu juga membentuk satgas penanggulangan dan sistem pelaporan.

''Saya juga selalu membuka pintu informasi. Handphone pribadi saya selalu hidup selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Laporan Karhutla saya terima juga melalui media sosial, dari berbagai elemen masyarakat dan tim terpadu di lapangan. Semuanya dibaca dan menjadi referensi obyektif untuk mengambil langkah-langkah penanganan lanjutan, serta melakukan koordinasi ke lintas sektoral, lintas Kementerian terkait dan pihak-pihak terkait lainnya,'' jelas Menteri Siti.

(rls9)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapolri Didesak Evaluasi Kinerja Kapolda Jawa Barat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler