JAKARTA - Kurang dari sepuluh tahun ke depan, sektor properti di Indonesia bakal turut berperan sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi dunia. Indonesia digadang-gadang menjadi negara dengan nilai kontribusi industri real estate terbesar ke tujuh di dunia, mengalahkan Korea Selatan, Kanada, dan Jepang.
Merujuk data yang diolah dari IMF dan Pramerica REal Estate Investors Research, pada 2011, kontribusi nilai real estate komersial Indonesia hanya USD 189,1 miliar. Nilai tersebut tumbuh mencapai 200 persen pada 2021 mendatang menjadi USD 563 miliar. Total kontribusi Indonesia pun sebesar 2,5 persen, hanya beda tipis dengan Inggris yang menyumbang 2,6 persen dengan nilai industri sebesar USD 582,2 miliar.
Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara yang mengalami akselerasi industri properti yang tinggi, selain Tiongkok, India, Rusia, dan Brasil. Namun sebaliknya, beberapa negara yang saat ini tergolong negara maju, justru mengalami kemunduran kontribusi industri real estatenya.
Melihat sederet angka optimitis itu, Bank Indonesia (BI) menilai peluang properti di Indonesia untuk tumbuh cukup besar. Indonesia pun dianggap masih jauh dari potensi bubble properti.
"Sekarang kita lihat kebutuhan perumahan di Indonesia saja. Kebutuhan properti bisa 13 juta sampai 15 juta unit per tahun. Sedangkan suplai per tahunnya cuma satu juta sampai 1,5 juta. Jadi sangat tinggi potensinya untuk tumbuh," jelas Direktur Eksekutif Departemen Hubungan Masyarakat BI Difi Johansyah.
Tak heran jika khususnya kota-kota besar di Indonesia menjadi wilayah yang paling menarik bagi investor properti. Berdasar riset Urban Land Institute, New York, AS, Jakarta menjadi lokasi investasi properti paling menarik, alias nomor satu di Asia Pasifik pada 2013.
Ranking tersebut melesat dari sebelumnya pada 2012 Jakarta berada di urutan nomor 11. Dan pada 2011, Indonesia ada di urutan nomor 14. Nilai investasi real estate di Jakarta pun pada 2011 disebut mencapai USD 660,5 juta. Sementara beberapa wilayah lain yang jadi favorit investor di antaranya Sydney, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Berikutnya Beijing, Taipei, Melbourne, Hongkong, Manila, serta Tokyo. "Properti di Indonesia yang diminati investor antara lain perkantoran, ritel, dan Apartemen," ungkap Difi.
Namun, kendati menjadi negara dengan segudang proyeksi positif di sektor properti, Urban Land Institute menilai masih ada pekerjaan rumah yang besar yang harus diselesaikan Indonesia. Di antaranya pinjaman perbankan yang masih memiliki bunga tinggi. (gal/dos)
Merujuk data yang diolah dari IMF dan Pramerica REal Estate Investors Research, pada 2011, kontribusi nilai real estate komersial Indonesia hanya USD 189,1 miliar. Nilai tersebut tumbuh mencapai 200 persen pada 2021 mendatang menjadi USD 563 miliar. Total kontribusi Indonesia pun sebesar 2,5 persen, hanya beda tipis dengan Inggris yang menyumbang 2,6 persen dengan nilai industri sebesar USD 582,2 miliar.
Indonesia pun tercatat sebagai salah satu negara yang mengalami akselerasi industri properti yang tinggi, selain Tiongkok, India, Rusia, dan Brasil. Namun sebaliknya, beberapa negara yang saat ini tergolong negara maju, justru mengalami kemunduran kontribusi industri real estatenya.
Melihat sederet angka optimitis itu, Bank Indonesia (BI) menilai peluang properti di Indonesia untuk tumbuh cukup besar. Indonesia pun dianggap masih jauh dari potensi bubble properti.
"Sekarang kita lihat kebutuhan perumahan di Indonesia saja. Kebutuhan properti bisa 13 juta sampai 15 juta unit per tahun. Sedangkan suplai per tahunnya cuma satu juta sampai 1,5 juta. Jadi sangat tinggi potensinya untuk tumbuh," jelas Direktur Eksekutif Departemen Hubungan Masyarakat BI Difi Johansyah.
Tak heran jika khususnya kota-kota besar di Indonesia menjadi wilayah yang paling menarik bagi investor properti. Berdasar riset Urban Land Institute, New York, AS, Jakarta menjadi lokasi investasi properti paling menarik, alias nomor satu di Asia Pasifik pada 2013.
Ranking tersebut melesat dari sebelumnya pada 2012 Jakarta berada di urutan nomor 11. Dan pada 2011, Indonesia ada di urutan nomor 14. Nilai investasi real estate di Jakarta pun pada 2011 disebut mencapai USD 660,5 juta. Sementara beberapa wilayah lain yang jadi favorit investor di antaranya Sydney, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Berikutnya Beijing, Taipei, Melbourne, Hongkong, Manila, serta Tokyo. "Properti di Indonesia yang diminati investor antara lain perkantoran, ritel, dan Apartemen," ungkap Difi.
Namun, kendati menjadi negara dengan segudang proyeksi positif di sektor properti, Urban Land Institute menilai masih ada pekerjaan rumah yang besar yang harus diselesaikan Indonesia. Di antaranya pinjaman perbankan yang masih memiliki bunga tinggi. (gal/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Suruh BUMN Keluar Demi Tutupi Kelemahan
Redaktur : Tim Redaksi