2025 Nanti, Pasar Farmasi Bisa Mencapai Rp 700 Triliun

Jumat, 09 Desember 2016 – 19:35 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com - JOMBANG - PT Kimia Farma (Persero) Tbk bakal menambah pabrik garam farmasi.

Menurut rencana, Kimia Farma akan membangun pabrik tahap kedua dengan kapasitas empat ribu ton per tahun.

BACA JUGA: Bukit Asam Investasi Rp 5,8 Triliun di Sektor Pertambangan

Pabrik itu akan menambah pasokan perseroan menjadi enam ribu ton per tahun.

Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk Rusdi Rosman menuturkan, perseroan telah menyiapkan Rp 76 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut.

BACA JUGA: Tegaskan Komitmen GCG Lewat Program Geo Dipa Bersih

’’Kami juga mengoperasikan pabrik garam farmasi tahap pertama dua ribu ton per tahun,” katanya setelah peresmian pabrik garam farmasi tahap pertama Kimia Farma di Jombang kemarin (8/12).

Rencananya, pabrik garam farmasi tahap kedua milik perseroan beroperasi pada semester kedua 2017.

BACA JUGA: Butuh Tambahan 19 Ribu Mw Hingga 2019

Kebutuhan garam farmasi di tanah air mencapai enam ribu ton per tahun.

”Beroperasinya pabrik tahap kedua bakal memenuhi kebutuhan garam farmasi dalam negeri hingga seratur persen,” ujarnya.

Total lahan yang disiapkan perseroan mencapai satu hektare.

Garam farmasi merupakan BBO (bahan baku obat) untuk pembuatan infus, oralit, sirup, pelarut vaksin, tablet, cairan pencuci darah, dan minuman kesehatan.

Di bidang kosmetik, garam farmasi kerap menjadi bahan campuran dalam pembuatan sampo dan sabun.

’’Kebutuhan garam farmasi untuk infus meningkat signifikan karena terdongkrak BPJS Kesehatan,” ucapnya.

Untuk pabrik garam farmasi tahap pertama, pihaknya menghabiskan Rp 35 miliar. Angka itu lebih tinggi dari rencana investasi awal, yaitu Rp 28,8 miliar.

Sebab, ada penyesuaian produksi dari skala laboratorium menjadi skala industri.

Secara harga, garam farmasi dari Kimia Farma dijual lebih rendah jika dibandingkan dengan garam impor.

Saat ini, harga garam farmasi impor mencapai Rp 20 ribu per kg.

Sementara itu, garam farmasi dari Kimia Farma hanya dibanderol Rp 13.500 per kg.

Selama ini, industri farmasi di Indonesia mengimpor garam farmasi dari Selandia Baru, Jerman, Tiongkok, Australia, dan India.

Bahan baku berupa garam krosok (mentah) dipasok PT Garam (Persero) 12 ribu ton per tahun.

Pasokan penuh garam farmasi ke industri farmasi lokal tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan impor bahan baku farmasi 40 persen selama lima tahun ke depan.

Industri farmasi di Indonesia masih bergantung pada bahan baku impor 95 persen.

’’Selain garam farmasi, kami mengembangkan bahan baku obat lainnya. Misalnya, singkong untuk campuran pil dan kapsul,” tutur Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang.

Dia menyebutkan, pasar farmasi dalam negeri mencapai Rp 66 triliun tahun ini.

Pada 2025, pasar farmasi dapat berkembang hingga mencapai Rp 700 triliun.

Sebanyak Rp 450 triliun berada di pasar domestik dan sisanya menyasar pasar ekspor. (vir/c18/sof/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Honda Andalkan HR-V, Toyota Punya Yaris Heykers


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler