2045, Indonesia Masuk Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas

Selasa, 19 April 2016 – 15:22 WIB
BPS. Foto: Jawa Pos.Com

jpnn.com - JAKARTA- Pemerintah didorong memaksimalkan industri manufaktur untuk memangkas ketimpangan pendapatan penduduk. Koefisien gini penduduk kuartal tiga tahun lalu 0,40, meningkat 0,01 poin dari periode Maret 2015 di kisaran 0,41.

Pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2016, pemerintah mematok koefisien gini 0,39. ”Pemerintah bisa mendorong sektor dengan bahan baku diolah dalam negeri,” ungkap Kepala BPS Suryamin, di Jakarta, Senin (18/4).

BACA JUGA: Adaro Klaim tak Terganggu Moratorium

Untuk menekan gini ratio, pemerintah harus mendongkrak pendapatan masyarakat kelas menengah ke bawah. Caranya mendorong industri pengolahan (manufaktur) baik untuk skala industri kecil, menengah dan besar.

”Jangan langsung diajual tetapi diolah dalam negeri sehingga melibatkan banyak pekerja,” tegasnya.

BACA JUGA: Penjualan Emas Perhiasan Melesat Tajam

Di samping itu, meningkatnya kinerja industri pengolahan juga akan mendongkrak nilai tambah (value added) dari bahan mentah nasional. Nanti, pada ujungnya akan meningkatkan pendapatan domestik bruto (PDB).

Dengan penggenjotan sektor riil itu, pertumbuhan ekonomi akan tedongkrak dan menekan gini ratio. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia diperkirakan akan menembus USD 11 ribu pada 2045.

BACA JUGA: Yuk, Berinvestasi di Hunian Vertikal

Itu terjadi sebagai dampak dari bonus demografi. Saat ini penduduk Indonesia masih mempunyai penghasilan per kapita senilai USD 3.500. Tetapi, pada 2045 bakal masuk dalam kategori negara berpenghasilan menengah ke atas.

”Usia produktif akan mendominasi dengan pendapatan lebih tinggi,” tambah Deputi Bidang Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian Bobby Hamzah. (far)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pungutan Dana Sawit Mencapai Rp 2,8 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler