jpnn.com, JAKARTA - Bayer Indonesia meluncurkan Finerenone, obat inovatif memperlambat progresi Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dengan Diabetes tipe 2.
Berdasarkan penelitian the American Society of Nephrology (ASN) Kidney Week 2021, terapi dengan Finerenone mampu menurunkan risiko progresi PGK pada pasien Diabetes tipe 2, serta menunjukkan penurunan kebutuhan dialisis sebesar 36 persen.
BACA JUGA: Atasi Batu Ginjal dengan Menggunakan 4 Bahan Alami Ini
Country Division Head Pharmaceuticals Bayer Indonesia Jeff Lai menjelaskan sejalan dengan visi Bayer: Health for All, Hunger for None, pihaknya berkomitmen meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien.
Hadirnya Finerenone sebagai obat inovatif bertujuan mencegah progresi sejak dini kepada pasien PGK dengan Diabetes tipe 2.
BACA JUGA: Jaga Kesehatan Ginjal dengan 3 Cara Alami Ini
PGK pada pasien Diabetes tipe 2 tahap lanjut dapat berakibat gagal ginjal dan cuci darah.
"Kondisi ini akan menjadi beban ekonomi yang sangat berat bagi pasien dan keluarga mereka," kata Jeff Lai saat konferensi pers peluncuran Finerenone, obat inovatif memperlambat progresi PGK dengan Diabetes tipe 2 di Jakarta, Senin (15/1).
BACA JUGA: Terdakwa Gagal Ginjal Akut Divonis 2 Tahun Penjara
Dia mengungkapkan lebih dari 422 juta orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes melitus, 40 persen di antaranya akan berkembang menjadi PGK.
Berdasarkan survei dari International Diabetes Foundation (IDF) tahun 2021, Indonesia menempati peringkat kelima dari negara-negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia atau sekitar 19,5 juta orang pada 2021, dan diperkirakan mencapai 28,6 juta orang pada 2045.
PGK merupakan kondisi hilangnya ginjal secara bertahap. Jika mengalami PGK, pasien mulai kehilangan fungsi ginjal untuk menyaring kotoran dan kelebihan cairan dari darah, yang kemudian dibuang melalui urin.
Penyakit yang terjadi pada ginjal awalnya tidak bergejala, akibatnya banyak orang yang tidak mengetahui bahwa mereka mengalami gangguan ginjal.
dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi menjelaskan penyebab utama progresi pada PGK pada pasien Diabetes tipe 2 adalah terjadinya inflamasi dan fibrosis pada ginjal. Ketika mengalami fibrosis, artinya ada kegagalan dari respons fungsi penyembuhan dan perbaikan yang ada pada ginjal. Sehingga, progresi menuju gagal ginjal akan makin cepat.
"Tiga efek gabungan yang dapat memperburuk PGK adalah faktor metabolik, hemodinamik, serta inflamasi & fibrosis," ujarnya.
Sejauh ini, obat-obatan PGK yang sudah ada lebih menargetkan faktor hemodinamik dan metabolik.
Oleh sebab itu, untuk progresi PGK pada pasien Diabetes tipe 2 diperlukan pemeriksaan sejak dini dan pengobatan inovatif yang mampu memperlambat progresi PGK secara langsung yang menargetkan inflamasi dan fibrosis, serta penurunan albumin.
Berdasarkan data IHME Global Burden of Disease tahun 2019, penyakit PGK masuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Maka, perlu ada penanggulangan dengan meningkatkan awareness masyarakat dan menghadirkan terapi inovatif untuk pengobatan sejak tahap dini.
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, FINASIM, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Metabolik dan Endokrinologi dalam paparannya menjelaskan 1 dari 10 orang di dunia menderita PGK. Namun, 9 dari 10 orang yang didiagnosis menderita PGK tidak menyadari kondisinya.
Tingkat gula darah yang tinggi dapat merusak ginjal secara perlahan, dan lama kelamaan ginjal tidak mampu menyaring darah sebagaimana seharusnya yang berakibat terjadinya PGK.
“PGK pada Diabetes Tipe 2 adalah penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir 5 yang membutuhkan dialisis atau transplantasi ginjal, dan dapat memperpendek harapan hidup hingga 16 tahun," terang Prof. Suastika.
Prof. Suastika lebih lanjut menjelaskan tanda awal penyakit ginjal pada pasien diabetes adalah peningkatan pengeluaran albumin dalam urin. Hal ini terjadi jauh sebelum tes yang biasa dilakukan oleh dokter menunjukkan bukti bahwa pasien menderita penyakit ginjal, sehingga penting bagi penderita diabetes untuk melakukan tes ini setidaknya sekali setahun.
PGK tercatat sebagai penyebab 4,6 persen kematian global pada 2017 dan merupakan peringkat ke-12 sebagai penyebab kematian di tahun yang sama.
Angka ini diprediksi akan terus meningkat dan pada 2040, diproyeksikan bahwa PGK menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 didapatkan prevalensi PGK di Indonesia sebesar 0,38 persen atau 3,8 orang per 1.000 penduduk, dan sekitar 60 persen penderita gagal ginjal tersebut harus menjalani dialisis.
Prof. Suastika menambahkan dokter harus lebih proaktif melakukan skiring PGK pada pasien Diabetes tipe 2.
Ada baiknya awareness para dokter, khususnya di bidang endokrin, lebih ditingkatkan.
Jika menghadapi pasien dengan Diabetes tipe 2, ada baiknya skrining PGK juga rutin dilakukan minimal sekali setahun.
"Jadi, jika ditemukan lebih awal, dokter dapat memberikan pengobatan yang lebih tepat dan menghindari progresi," ucapnya.
Faktor utama progresi PGK pada pasien Diabets tipe 2 adalah adanya inflamasi dan fibriosis pada ginjal yang terlihat dari adanya albuminuria yang merupakan tanda awal kerusakan ginjal.
Dr. Dewi Muliatin Santoso, Head of Medical Dept. Pharmaceutical Division PT Bayer Indonesia menjelaskan Finerenone dari Bayer merupakan pengobatan inovatif yang disetujui secara global dan Indonesia untuk mengatasi tingginya risiko perburukkan ginjal pada pasien PGK dengan Diabetes tipe 2.
Obat ini secara khusus menargetkan penurunan risiko inflamasi dan fibrosis, yang menjadi keunggulan utama pengobatan ini, khususnya bagi pasien PGK dengan Diabetes tipe 2.
Pedoman klinis terbaru untuk manajemen PGK dengan Diabetes tipe 2 merekomendasikan kombinasi terapi obat untuk mengurangi risiko secara optimal yaitu dengan Finerenone, sebagai salah satu pilar pengobatan utama. Hal ini direkomendasikan pada pedoman klinis internasional seperti ADA, KDIGO, AACE, dan ESC.
“Finerenone dari Bayer adalah Mineralocorticoid Receptor Antagonist (MRA) nonsteroid pertama yang disetujui BPOM untuk PGK (dengan albuminuria) yang berhubungan dengan Diabetes tipe 2 pada orang dewasa,” tambah Dr. Dewi.
Dewi menjelaskan Finerenone bekerja dengan memblokir sekelompok protein, yang disebut reseptor mineralokortikoid. Peningkatan stimulasi reseptor mineralokortikoid diketahui memicu cedera dan peradangan pada ginjal sehingga berperan dalam progresi PGK.
Finerenone berfungsi menghentikan stimulasi tersebut untuk memperlambat, bahkan mencegah peradangan atau inflamasi, serta fibrosis yang bisa memperparah dan merusak ginjal.
Efek terapi Finerenone pada ginjal terutama dimediasi oleh penurunan rasio albumin-kreatinin urin (urine albumin-to-creatinine/UACR) lebih dini pada pasien dengan PGK dan Diabetes tipe 2.
“Selain pengobatan, penting untuk dilakukan deteksi dini pada pasien PGK dengan Diabetes tipe 2 sehingga pengobatan dapat memberikan manfaat lebih maksimal bagi pasien,” tutupnya. (esy/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad