JENEWA - Badan Pangan Dunia (FAO) mengecam lambannya respon dunia internasional atas bencana kelaparan di Somalia. Pasalnya, dari kajian yang dilakukan, terungkap lebih dari 260 ribu orang meninggal dunia akibat kelaparan.
Angka ini bahkan seperti fenomena gunung es, artinya kemungkinan jumlah korban jiwa yang terjadi justru jauh lebih besar dari perkiraan. Lebih mengenaskan lagi, separuh jumlah korban adalah anak-anak di bawah umur lima tahun.
"Banyak di antara korban meninggal seharusnya bisa dihindari apabila dilakukan penanganan dini sebelum bencana kelaparan diumumkan secara resmi," ujar Rudi Van Aaken Wakil FAO di Somalia, seperti dilansir BBC (2/4).
Komunitas kemanusiaan seharusnya mengambil tindakan sejak awal dan memberikan tanggapan ketika berbagai survei menyebutkan bila keadaan dibiarkan maka akan terjadi kelaparan.
Berdasarkan laporan FAO dan Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, puluhan ribu orang meninggal dunia karena komunitas internasional lambat bertindak terhadap tanda-tanda kelaparan pada 2010.
Salah seorang penyusun laporan Dr Francesco Checci mengatakan, terdapat banyak faktor yang menyumbang terjadinya kelaparan, seperti epidemi nasional campak, kolera. Banyaknya pengungsi dalam dan pengungsi luar negeri serta kondisi di pengungsian berisiko menimbulkan penyakit-penyakit menular.
Laporan FAO ini senada dengan yang dirilis Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) bersama Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan yang didanai Amerika Serikat. Mereka memperkirakan bahwa bencana kelaparan Somalia tahun 2010 sampai 2012 telah menewaskan sekitar 133 ribu balita.
"Ini adalah kajian ilmiah pertama mengenai bencana kelaparan Somalia. Laporan terdahulu memperkirakan bahwa jumlah korban puluhan ribu," ujar Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia, Philippe Lazzarini.
Angka korban yang baru sangat mencengangkan. PBB menyatakan bencana kelaparan terjadi di Somalia setelah dua musim berturut-turut curah hujan rendah, yang membuat buruknya panenan dan banyak ternak mati. (esy/jpnn)
Angka ini bahkan seperti fenomena gunung es, artinya kemungkinan jumlah korban jiwa yang terjadi justru jauh lebih besar dari perkiraan. Lebih mengenaskan lagi, separuh jumlah korban adalah anak-anak di bawah umur lima tahun.
"Banyak di antara korban meninggal seharusnya bisa dihindari apabila dilakukan penanganan dini sebelum bencana kelaparan diumumkan secara resmi," ujar Rudi Van Aaken Wakil FAO di Somalia, seperti dilansir BBC (2/4).
Komunitas kemanusiaan seharusnya mengambil tindakan sejak awal dan memberikan tanggapan ketika berbagai survei menyebutkan bila keadaan dibiarkan maka akan terjadi kelaparan.
Berdasarkan laporan FAO dan Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, puluhan ribu orang meninggal dunia karena komunitas internasional lambat bertindak terhadap tanda-tanda kelaparan pada 2010.
Salah seorang penyusun laporan Dr Francesco Checci mengatakan, terdapat banyak faktor yang menyumbang terjadinya kelaparan, seperti epidemi nasional campak, kolera. Banyaknya pengungsi dalam dan pengungsi luar negeri serta kondisi di pengungsian berisiko menimbulkan penyakit-penyakit menular.
Laporan FAO ini senada dengan yang dirilis Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) bersama Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan yang didanai Amerika Serikat. Mereka memperkirakan bahwa bencana kelaparan Somalia tahun 2010 sampai 2012 telah menewaskan sekitar 133 ribu balita.
"Ini adalah kajian ilmiah pertama mengenai bencana kelaparan Somalia. Laporan terdahulu memperkirakan bahwa jumlah korban puluhan ribu," ujar Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia, Philippe Lazzarini.
Angka korban yang baru sangat mencengangkan. PBB menyatakan bencana kelaparan terjadi di Somalia setelah dua musim berturut-turut curah hujan rendah, yang membuat buruknya panenan dan banyak ternak mati. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebebasan Informasi Jadi Isu Oposisi
Redaktur : Tim Redaksi