Kebebasan Informasi Jadi Isu Oposisi

KBRI Imbau WNI Berhati-hati

Jumat, 03 Mei 2013 – 06:45 WIB
KUALA LUMPUR - Pelaksanaan pemilihan raya Malaysia tinggal dua hari lagi. Pesta politik lima tahunan ke-13 kali ini punya nilai khusus. Dominasi koalisi Barisan Nasional yang telah ditancapkan selama sekitar 56 tahun dipertaruhkan.

Berdasar pantauan Jawa Pos di kawasan utama ibu kota Kuala Lumpur kemarin, kelompok incumbent berusaha keras menepis keraguan atas kekuatannya. Melalui baliho dan spanduk di jalan-jalan, koalisi Barisan Nasional membeber klaim keberhasilan pemerintah.

Bahkan, banyak dijumpai pula isi spanduk, baliho, atau bentuk media kampanye lainnya dari Barisan Nasional yang terkesan menyerang kelompok oposisi.

Salah satunya, spanduk yang dijumpai di sekitar kawasan Bukit Bintang, Kuala Lumpur, kemarin. Isu perubahan yang menjadi tema besar kampanye kelompok oposisi yang dikomandani mantan wakil PM Malaysia Anwar Ibrahim adalah salah satu yang banyak disasar.

"Jangan coba-coba dengan masa depan anak-anak dan Malaysia," bunyi spanduk itu.

Ketatnya persaingan merebut suara pemilih Malaysia tersebut dimonitor Kedutaan Besar RI (KBRI) di Malaysia. Potensi munculnya ketegangan di negara bekas jajahan Inggris tersebut direspons dengan imbauan kepada warga negara Indonesia di Malaysia untuk tidak terlibat dalam aktivitas politik. Khususnya yang berkaitan dengan pemilihan raya.

"Demi keamanan dan keselamatan individu masing-masing," kata Wakil Dubes RI untuk Malaysia Mulyana Wirana. KBRI juga mengingatkan seluruh WNI untuk berhati-hati terhadap tawaran, perintah, ajakan, dan bujuk rayu dari pihak mana pun yang meminta menjalankan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan raya.

Ketegangan yang muncul menjelang hari-H pemilihan juga terasa ketika"Jawa Pos"berupaya mengontak beberapa tokoh di Malaysia, termasuk tokoh oposisi. Beberapa menanyakan keberadaan izin resmi dari pemerintah soal kegiatan peliputan.

Berbeda dengan Indonesia, perizinan kegiatan pers mengenai pemilihan raya di Malaysia lebih ketat. Tidak hanya ditujukan bagi peliput asing, media lokal juga harus mengurus identitas khusus seputar kegiatan peliputan pemilihan raya lewat Kementerian Penerangan.

Atau, tidak cukup hanya berbekal identitas dari media masing-masing atau identitas dari Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) Malaysia (KPU).

Pemilihan Raya Malaysia kali ini rencananya diikuti sekitar 13 juta pemilih. Mereka akan memilih 222 wakil yang akan duduk di parlemen. Saat ini, hasil dari Pemilihan Raya 2008, kalangan oposisi menduduki 75 di antara total kursi yang ada. Selain itu, mereka berkuasa di empat di antara 13 negara bagian Malaysia.

Pihak yang menguasai parlemen nantilah yang akan menentukan perdana menteri yang bakal memimpin kabinet. Tiga belas menteri mendominasi kursi kabinet pemerintahan Malaysia yang berasal dari Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) pimpinan Najib Razak yang merupakan partai utama koalisi Barisan Nasional.

Selain itu, ada Pakatan Rakyat yang terdiri atas tiga partai. Yakni, Partai Keadilan Rakyat, Partai Islam Se-Malaysia, dan Partai Aksi Demokratik (DAP). Selama ini kelompok oposisi itu menggunakan isu korupsi sebagai agenda utama. Mereka juga banyak mengkritisi kebijakan pemerintah Malaysia secara umum yang dianggap masih diskriminatif serta rasial. Isu kebebasan publik memperoleh informasi juga didengungkan.

Sebelumnya, sebagai bagian tahap pemilihan raya, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak lebih dulu membubarkan parlemen pada 3 April. Kemudian, masa kampanye dimulai pada 27 April hingga sehari sebelum pelaksanaan pemilihan. (dyn/c10/kim)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ukraina dan China Jadi Target AS Perangi Pembajakan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler