3 Hal Penyebab Terorisme dan Radikalisme Masih Ada

Sabtu, 19 Maret 2022 – 21:23 WIB
Ilustrasi - Densus 88 menangkap terduga pelaku terorisme. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Nasional Bhinneka Tunggal Ika Taufan Hunneman mengatakan terorisme dan radikalisme menciptakan ekosistem.

Hal ini menyebabkan terorisme dan radikalisme masih tetap ada, meski aparat terus melakukan aksi pemberantasan.

BACA JUGA: Dituduh Berkaitan Terorisme, Fadli Zon Ungkit Kejadian Jokowi di Istana

"Dalam ekosistem ini mereka berinteraksi, baik dari level soft sampai level yang hardcore," ujar Taufan dalam keterangannya, Sabtu (19/3).

Penyebab lain terorisme masih tetap bercokol, karena para pelaku menganggap apa yang dilakukan sebagai perjuangan ideologi.

BACA JUGA: Hasil Survei: Elektabilitas Airlangga Mengalahkan 2 Tokoh ini

Para pelaku biasanya lebih militan, menghalalkan segala cara untuk dapat merebut kekuasaan.

Mulai dari metode kombinasi dengan memanfaatkan celah demokrasi sampai metode nonkompromi dengan sistem sekuler.

BACA JUGA: Dituding Terkait Teroris, Fadli Singgung Peristiwa Farid Okbah ke Istana Negara

"Penyebab lain kenapa terorisme masih eksis karena ada ruang kosong yang diisi oleh ikon pemuka agama yang radikal."

"Ruang kosong ini melalui media online. Mereka memanfaatkan ruang digital untuk menyiarkan konten."

"Tiga hal ini menurut saya menyebabkan radikalisme dan terorisme masih terus berkembang," katanya.

Taufan menilai dalam hal ini semua pihak perlu memperkuat persatuan, bekerja sama dan menciptakan ekosistem Pancasila.

"Misalnya, mengapresiasi kerja Densus 88 dan BNPT serta lembaga lain dalam upaya mencegah, memberantas serta melakukan deradikalisasi."

"Upaya pemberantasan harus didukung seluruh komponen anak bangsa," katanya.

Taufan juga menilai perlu membangun ekosistem Pancasila di semua daerah untuk menghargai keyakinan serta keragaman di setiap daerah.

Kemudian, hukum harus ditegakkan bukan saja sebagai efek jera, melainkan sebagai penjaga harmonisasi dalam masyarakat.

"Ke depan perlu dipikirkan upaya membangun kota-kota Bhinneka Tunggal Ika atau kota Pancasila sebagai tempat interaksi warga untuk bertumbuh dan hidup bersama tanpa diskriminasi," pungkas Taufan.(gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler