jpnn.com - JPNN.com - Menurut hasil sementara babygram atau observasi dari tim kembar siam RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Jawa Timur memastikan bahwa bayi kembar siam (Omphalopagus) atau dempet tali pusar berjenis kelamin perempuan.
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Amanah, Probolinggo mengalami tiga kelainan.
BACA JUGA: Suara Rengekan Bayi Kembar Siam Bikin Hati Miris
Ketiga jenis kelainan bisa saja mengancam jiwa bayi.
Namun, tim dokter kembar siam masih telaten mengamati kondisi bayi.
Ketua Tim Bayi kembar siam RSUD Dr Soetomo, dr. Agus Harianto menjelaskan bahwa bayi kembar siam ke-81 yang ditangani RSUD mengalami infeksi tali pusar (ompalitis), kaki kebiruan (hematom) pada salah satu bayi, dan (distended) atau pembengkakan perut yang diakibatkan dari akumulasi gas pada usus kedua bayi.
Itu karena bayi tidak memiliki anus.
”Kelainan-kelainan itu telah diketahui setelah melalui proses babygram tadi malam (Jumat malam), jika tidak langsung ditangani maka dapat mengancam jiwa kedua bayi kembar siam itu,” kata dr. Agus Harianto seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Minggu (25/12).
Kondisi awal datang, dijelaskan Agus, kedua bayi kembar siam yang lahir pada 21 Desember 2016, mengalami demam hingga 39 derajat celcius, hipertensi pada paru-paru yang mengancam pernapasan.
”Saat ini kami mengupayakan stabilisasi kondisi bayi dan hari ini (kemarin) akan dilakukan pemeriksaan jantung untuk mengetahui kelainan organ lainnya,” jelas pria yang menjabat sebagai Ketua Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST) SUD Dr Soetomo itu.
Sementara itu, Nurul Iman Mustari, ayah bayi kembar siam yang mendampingi saat proses perujukan tadi malam, berharap kondisi kedua anaknya membaik dan mendapatkan penanganan tim dokter hingga menjalani operasi pemisahan.
”Sebelumnya tidak memiliki firasat apaapa, tapi dari keluarga saya memang memiliki riwayat kembar tapi bukan kembar siam atau kelainan,” kata pria yang kesehariannya bekerja sebagai kuli bangunan ini.
Diketahui, bayi kembar siam dari pasangan Nurul Iman Mustari dan Jumami warga asal Desa Muneng, Kecamatan Sumberasih, Probolinggo, Jawa Timur itu lahir secara prematur dalam usia kandungan antara 34 hingga 36 minggu, dengan berat total 3,3 kilogram dan panjang 41 sentimeter, berjenis kelamin perempuan.
”Kami belum bisa melakukan operasi karena bayi terlahir prematur, dan kami masih melakukan observasi lebih lanjut. Setidaknya menunggu bayi memiliki berat 5 kilogram (masing-masing bayi), kecuali dalam masa adaptasi ini terjadi emergency,” kata Agus.
(psy/hen/JPG)
Redaktur : Tim Redaksi