jpnn.com - SURABAYA – Pertumbuhan perekonomian Indonesia 2017 mendatang diprediksi akan berasal dari tiga sektor.
Yakni pertanian, pertambangan dan manufaktur.
BACA JUGA: Januari, Harga Solar Berpotensi Naik Rp 500 Per Liter
Kinerja tiga sektor tersebut masih melambat. Padahal, konsumsi dalam negeri sedang tumbuh.
Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menyatakan, dua per tiga masyarakat mengandalkan penghidupan dari sektor-sektor itu.
BACA JUGA: Harley Davidson Comeback di Indonesia
Sisanya tersebar di berbagai sektor lain seperti telekomunikasi, jasa keuangan, dan kesehatan yang hampir semuanya mencatatkan pertumbuhan.
”Karena itu, diperlukan pembenahan. Misalnya, industri manufaktur. Sekarang impor bahan baku turun, impor barang modal turun, tapi konsumsi naik. Akibatnya, makin banyak barang yang masuk dari luar negeri,” katanya di sela-sela seminar di Spazio, Surabaya, kemarin (13/12).
BACA JUGA: Riau Geber Pariwisata Lewat Kuliner
Sementara itu, kalau dilihat dari penopang perekonomian, tingginya konsumsi terlihat dari peranan dalam produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 57 persen.
Kemudian, ditopang investasi swasta yang berkontribusi 33 persen dan belanja pemerintah (10 persen).
Khusus investasi swasta, pertumbuhan bukan disebabkan mesin, melainkan bangunan.
”Hal tersebut menunjukkan betapa besar kontribusi sektor properti karena 37 persen dalam bentuk bangunan. Sementara itu, mesin dan peralatan mencapai sebelas persen. Nah, investasi mesin dan peralatan harus didorong,” ujarnya.
Namun, untuk konsumsi, dia mewaspadai penurunan daya beli petani. H
arga barang yang dihasilkan petani kalah cepat dengan harga barang yang dibeli sehingga hasil produksi makin sedikit.
”Upah riil buruh tani minus 4,12 persen, sedangkan buruh bangunan minus 1,74 persen. Jadi, mulai ada pelemahan dalam konsumsi masyarakat,” paparnya.
Sementara itu, peranan ekspor dan impor terhadap PDB belum bisa diandalkan. Sebab, pasar luar negeri makin ketat.
”Ditambah, daya serap pasar dunia lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Dulu pertumbuhan ekonomi satu persen bisa meningkatkan perdagangan hingga 2,5 persen.
Saat ini, satu persen hanya bisa menggerakkan 0,5 persen. (res/c16/sof/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2016 Dekati Target, 2017 Lebak Bidik 500 Ribu Wisatawan
Redaktur : Tim Redaksi