jpnn.com, MALANG - Muhammad Rusdi, Aremania asal Probolinggo telantar selama sebelas hari pasca-tragedi Kanjuruhan.
Arema FC yang mendapat kabar itu langsung memberikan perhatian.
BACA JUGA: Komnas HAM Ungkap Hasil Investigasi Kasus Tragedi Kanjuruhan
Menurut Asisten pelatih Arema FC Kuncoro, Arema baru mengetahui pemuda 17 tahun asal Probolinggo itu telantar di area Stadion Kanjuruhan sejak dua hari lalu melalui media sosial.
"Saat dicari, awalnya tidak ditemukan. Tetapi, kemudian semalam mendapat kabar bahwa yang bersangkutan diantar kawan-kawan Aremania ke pondok. Saya kemudian mengajak pemain untuk menemuinya," kata Kuncoro di Kabupaten Malang, Kamis.
BACA JUGA: Buat Ketum PSSI Mochamad Iriawan, Anda Berani Bertanggung Jawab Terkait Tragedi Kanjuruhan?
Kuncoro mengaku terenyuh saat mendengar cerita Rusdi yang enggan pulang ke Probolinggo tersebut, apalagi informasi yang dia terima menyebutkan Rusdi anak yatim piatu.
Namun, akhirnya dia lega karena Rusdi setuju tinggal di Pondok Pesantren Darul Mustofa di Malang Selatan.
BACA JUGA: Inilah Sosok Penggugat Ijazah Presiden Jokowi
Sejumlah pemain menemui Rusdi, di antaranya kapten tim Johan Ahmat Farizie dan Jayus Hariono.
"Bagi kami, Rusdi sosok yang luar biasa. Dia bukan orang Malang, tetapi mau ke Malang untuk melihat Arema FC," kata Kuncoro.
Dia menambahkan Arema FC akan memastikan klub akan terus membantu Rusdi, bukan hanya untuk saat ini saja, tetapi juga untuk kelanjutan hidupnya di kemudian hari.
"Kami upayakan untuk membantunya, tidak hanya saat ini. Karena bagi kami, dia sudah menjadi bagian dari keluarga Arema FC," kata Kuncoro.
Rusdi menceritakan bahwa dia berangkat ke Malang untuk menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya bersama kedua temannya.
Namun, ketiga rekannya turut menjadi korban dalam Tragedi Kanjuruhan yang merenggut 132 nyawa tersebut.
Dia sempat akan pulang ke Probolinggo, namun kemudian mengurungkan niatnya.
"Saya berangkat bersama teman, namun teman saya sudah tidak ada semua. Saya tidak berani pulang. Teman-teman saya sudah tidak ada," kata dia.
Pada Sabtu (1/10), terjadi kericuhan seusai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya yang berakhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk area lapangan.
Kerusuhan semakin membesar ketika flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya.
Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau mereka hingga akhirnya menggunakan gas air mata.
Akibat kejadian itu, 132 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, ratusan orang mengalami luka berat dan ringan. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelajar SMK Tewas Dibantai 7 Orang, Tak Ada Ampun
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti