jpnn.com, JAKARTA - Indonesia menyodorkan tiga wilayah kepada Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk mendapat pengakuan sebagai cagar biosfer baru.
Ketiga wilayah tersebut adalah Berbak Sembilang (Sumatera Selatan-Jambi), Betung Kerihun Danau Sentarum (Kapuas Hulu), dan Rinjani (Lombok). Saat ini terdapat 669 cagar biosfer yang tersebar di 120 negara di dunia.
BACA JUGA: Suzuki Ertiga dan Karimun Paling Irit Versi KLHK
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, menyampaikan bahwa dengan konsep cagar biosfer, yang berpedoman pada Seville Strategy, Madrid Declaration and Action Plan, serta Lima Action Plan.
Hal ini juga sejalan dengan prinsip-prinsip pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia dalam rangka pencapaian Aichi Biodiversity Targets serta Sustainable Development Goals.
BACA JUGA: KLHK Terbitkan PIPPIB Revisi XIV
“Pengelolaan Cagar Biosfer berbasis kultur, kearifan lokal, multipihak, multidisipliner, lintas sektoral dan berbasis sains, teknologi, dan inovasi, serta peran aktif para pihak, terutama pemerintah daerah, masyarakat, swasta, aktivis lingkungan, CSOs, perguruan tinggi dan lembaga penelitian diharapkan dapat mendorong kesadaran dan aksi kolektif dalam upaya pelestarian lingkungan sekaligus peningkatan kemandirian dan kesejahteran masyarakat” ujar Wiratno.
Wiratno juga menegaskan semakin pentingnya mengawal kebijakan yang memberikan akses kelola bagi masyarakat desa-desa di pinggir hutan serta masyarakat hukum adat di dalam Cagar Biosfer.
BACA JUGA: Eco Driving untuk Langit Biru
Bisa dikawal dalam bentuk program perhutanan sosial termasuk kemitraan konservasi, sebagaimana telah ditetapkan dalam Nawa Cita oleh Presiden Joko Widodo.
Usulan tiga cagar biosfer baru ini dikemukaan saat penyelenggaraan sidang ke-30 dari “The Man and Biosphere International Co-ordinating Council (MAB-ICC) UNESCO. Sidang ke-30 MAB-ICC UNESCO sendiri berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan pada 23-28 Juli 2018.
“Kami berharap tiga nominasi ini bisa disetujui dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer baru, sehingga menambah 11 cagar biosfer yang telah ada di Indonesia.” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof. Dr. Enny Sudarmonowati yang juga hadir di acara tersebut.
Enny yang juga merupakan Ketua Komite Nasional MAB UNESCO menuturkan bahwa fokus utama pertemuan itu adalah untuk membahas dan mengembangkan sistem pengelolaan cagar biosfer yang efektif dan efisien dalam kerangka program MAB sebagai wahana implementasi dan terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, sidang kali ini juga memberi kesempatan bagi Indonesia untuk membuktikan adanya pengakuan dan peran Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam hayati di dunia.
“Momen ini juga menjadi ajang promosi keunggulan Indonesia dalam pengembangan cagar biosfer untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan kelestarian sumber daya hayati dan ekosistemnya, yang berbasis multi pihak dan lintas sektoral,” imbuh Enny.
Intisari utama yang diusung dalam pertemuan ini adalah usaha yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan dan menguatkan peran dari berbagai pemangku kepentingan: pemerintah, sektor swasta, publik, universitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk membangun rencana pengelolaan cagar biosfer dalam rangka wewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pada pertemuan ini juga akan ditetapkan beberapa cagar biosfer baru yang telah diajukan oleh negara-negara peserta WNBR.
Selain acara utama sidang tahunan MAB-ICC UNESCO tersebut, juga diadakan beberapa kegiatan lainnya, yaitu seminar internasional bertajuk
“Biodiversity and Biosphere reserve: Engaging Stakeholders towards Community Empowerment. The Role of Stakeholder in Mainstreaming Natural Resouces Related to Agenda 2030”.
Kemudian, ada pula pameran yang diikuti oleh berbagai Cagar Biosfer di Indonesia, Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, serta pihak swasta. Bersamaan dengan pameran juga diadakan talkshow yang membahas berbagai isu dan dihadiri oleh pakar dari dalam dan luar negeri.
Acara akan ditutup dengan field trip ke kawasan Berbak-Sembilang yang diusulkan menjadi cagar biosfer baru.
Indonesia melalui Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendapat kehormatan menjadi tuan rumah sidang kali ini.
Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 300 partisipan dari 45 negara, yang merupakan anggota World Network of Biosphere Reserve (WNBR) dari Asia, Australia, Afrika dan Amerika serta perwakilan kantor utama UNESCO di Paris.
Sidang MAB-ICC ini merupakan pertemuan tahunan dari negara-negara anggota UNESCO yang tergabung dalam program MAB. Dalam sidang itu, Indonesia mengharapkan menambah tiga wilayah sebagai cagar biosfer baru. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terus Lawan Titik Api di Area Kalimantan dan Sumatera
Redaktur & Reporter : Natalia