3.000 Noda Permen Karet Merusak Keindahan Candi Borobudur

Kamis, 13 Februari 2020 – 20:29 WIB
Petugas Balai Konservasi Borobudur menunjukkan salah satu noda permen karet yang menempel di batuan Candi Borobudur akibat ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Foto: ANTARA/Heru Suyitno

jpnn.com, MAGELANG - Sekitar 3.000 noda permen karet menempel di batuan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Sampai sekarang di seluruh area Candi Borobudur ada sekitar 3.000 noda permen karet yang secara berangsur-angsur kami hilangkan," kata Koordinator Pokja Pengamanan Balai Konservasi Borobudur, Hary Setyawan di Magelang, Kamis (13/2).

BACA JUGA: Politikus PKS Ini Nilai Pengelolaan Candi Borobudur Kacau

Ia menjelaskan khususnya di stupa teras ataupun stupa induk atau lantai tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh, jika dilihat secara detail pada lantai atau stupa akan ada noda putih-putih bulat. Itu adalah noda permen karet, ulah dari para pengunjung yang tidak bertanggung jawab.

"Perbuatan yang merusak estetika tersebut dilakukan pengunjung yang susah kami kontrol, karena tidak mungkin setiap orang masuk diminta membuka mulutnya untuk diperiksa ada permen karet atau tidak," katanya.

BACA JUGA: Westlife Terpukau Keindahan Candi Borobudur

Ia mengatakan petugas yang berjaga di lapangan mungkin bisa mengendalikan, tetapi banyak yang sulit terdeteksi.

Hary menyampaikan noda permen karet tidak bisa langsung dihilangkan, disikat dengan air tidak akan hilang begitu saja.

BACA JUGA: Raja Malaysia Kagumi Arsitektur Candi Borobudur

Ia menuturkan permen karet itu memang tidak seperti permen biasa yang keras itu bisa diambil, sedangkan permen karet itu susah diambil dari tempat melekatnya dan untuk membersihkannya mau tidak mau harus menggunakan pelarut dari bahan kimia.

"Secara mekanik itu sangat susah, disikat dengan air susah dan membutuhkan waktu yang lama, padahal kalau terlalu lama menyikat malah batunya rusak atau aus. Metode menghilangkannya harus hati-hati sekali supaya tidak merusak batunya termasuk jika menggunakan pelarut bahan kimia," katanya. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler