JAKARTA - Direktur Pembinaan SMK, Ditjen Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Joko Sutrisno mengatakan, saat ini ada 33 SMK perakit komponen mobil yang siap bermitra dengan industri. Namun masih terkendala kebijakan yang belum berpihak pada pengembangan mobil karya siswa SMK tersebut.
Joko menyebutkan, saat ini kebijakan yang dibutuhkan oleh para SMK tersebut adalah kebijakan mengenai impor suku cadang dengan zero tax termasuk impor barang kapital. "Harus ada semangat tidak lagi beli barang sudah jadi tapi beli alat untuk produksi. Di SMK sudah diberlakukan beli komponen saja dan tidak beli barang jadi," ungkap Joko kepada wartawan di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Rabu (4/1) malam..
Joko mengungkapkan, SMK sebagai institusi pendidikan tetap akan menggandeng kemitraan dengan industri, dan tidak akan berdiri sendiri. Hal ini juga sudah dibuktikan pada saat proses produksi perakitan mobil SUV Kiat Esemka sejak 2007, dan baru bertemu dengan mitra industri pada 2010.
"Bagaimanapun kita akan tertarik untuk bisa menggandeng para pelaku industri dalam memproduksi mobil esemka ini. Tapi kami juga cukup bangga, pada saat perakitan mobil Kiat Esemka, para SMK tetap mampu menghasilkan SDM yang sangat baik dan bukan pabrik mobil," ujarnya.
Menurutnya, SMK saat ini hanya mengembangkan produksi di beberapa titik SMK dan kemudian dikumpulkan di SMK Integrator. Joko menyebutkan, sekarang ini sudah ada sekitar 1000 unit mesin yang dalam kondisi siap untuk digunakan sebagai mesin kendaraan. (cha/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PGRI Desak Data Ulang Guru Peserta Sertifikasi
Redaktur : Tim Redaksi