jpnn.com, LONDON - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akhirnya menetapkan status lockdown selama tiga pekan terhitung mulai Senin (23/3) malam waktu London, untuk menghentikan penyebaran virus corona.
Berdasarkan ketentuan itu, seluruh masyarakat Inggris harus tinggal di rumah. Semua toko, kecuali yang menjual barang-barang kebutuhan utama, segera ditutup.
BACA JUGA: Inggris Lockdown, Boris Johnson: Kalau Anda Tidak di Rumah, Banyak Nyawa akan Hilang
Warga tidak boleh lagi bertemu dengan keluarga atau teman yang tidak tinggal di tempat yang sama.
Buat yang melanggar akan kena denda. "Anda harus tinggal di rumah. Virus corona merupakan ancaman terbesar yang dihadapi negara ini selama beberapa dekade. Tanpa upaya nasional yang besar untuk menghentikan pertumbuhan virus ini, maka akan tiba saatnya tidak ada layanan kesehatan yang bisa mengatasinya," kata Johnson dalam pidato darurat nasional yang juga dikutip oleh The Sun.
BACA JUGA: Trump Berkicau soal Dampak Lockdown Corona, Kali Ini Lumayan Rasional
Johnson sebelumnya terus menolak tekanan untuk memberlakukan karantina wilayah secara penuh, bahkan ketika negara-negara Eropa lainnya sudah melakukannya.
Namun, dia akhirnya terpaksa mengubah taktik karena kemungkinan sistem kesehatan Inggris bisa kewalahan mengatasi wabah.
BACA JUGA: Hari Ini Ada 65 Orang Tertulari Corona di Indonesia, Total jadi 579
Sejumlah media di Inggris menyebut angka kematian akibat virus corona di sana kini mencapai 335 hingga Senin (24/3).
PM Johnson menegaskan, masyarakat hanya akan diizinkan keluar dari rumah untuk berbelanja kebutuhan pokok, berolahraga, memerlukan layanan medis, memberikan perawatan atau bepergian ke dan dari tempat kerja jika benar-benar diperlukan.
Johnson memperingatkan bahwa, jika warga tidak mengikuti aturan, polisi akan turun tangan, termasuk dengan menjatuhkan denda dan membubarkan keramaian. (thesun/reuters/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek