35 Persen Gangguan Kesuburan Disebabkan Faktor ini

Jumat, 24 September 2021 – 12:31 WIB
Ilustrasi - Ibu dan balita.Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus spesialis kebidanan & kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi & reproduksi, Prof. Budi Wiweko berbagi pengetahuan tentang kesuburan.

Menurutnya, pemeriksaan benih dari pria merupakan tindakan pertama yang perlu dilakukan sebelum pengecekan pada perempuan untuk kasus gangguan kesuburan.

BACA JUGA: Ingin Terbebas dari Penyakit Jantung, Stroke, Diabetes? Hindari 3 Hal ini

"Sekitar 35 persen sebab gangguan kesuburan oleh faktor benih dari pria."

"Karena itu, yang pertama kali diperiksa sel-sel reproduksi laki-laki sebelum dilakukan pemeriksaan pada perempuan," ujar Prof Budi dalam webinar kesehatan mengenai kesuburan, Kamis (24/9).

BACA JUGA: Gelombang Ketiga COVID-19 Mengancam, Hindari Hal-hal ini!

Menurut Budi, jumlah benih pria normalnya sekitar 15 juta per cc, dengan jumlah yang bergerak sebanyak 32 persen.

Bila hasil menunjukkan tidak normal maka disarankan pemeriksaan ulang tiga bulan kemudian.

BACA JUGA: 12 Manfaat Kacang Kenari, Cegah Penyakit Jantung Hingga Tingkatkan Kesuburan Pria

Pada kasus benih nol, dokter akan memeriksa ketersediaan sperma ada di testis, kemudian sebab kelainan apakah karena faktor produksi atau distribusi.

"Karena itu penting dilakukan pemeriksaan volume testis, hormon untuk memikirkan apakah ada sperma di testis."

"Kalau ada bisa dilakukan biopsi testis untuk mendapatkan sperma pada bayi tabung," tutur Budi.

Sementara pada perempuan, biasanya akan dilakukan pengecekan kadar Anti-Mullerian Hormone (AMH), yakni untuk mengukur kadar hormon yang dihasilkan oleh organ reproduksi di dalam darah.

Dalam program bayi tabung, tes ini bisa digunakan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas cadangan sel telur yang dimiliki calon ibu.

"Kalau perempuan usianya 29 tahun, AMH-nya harusnya 3,5 nanogram per mililiter (ng/ml), umur biologisnya 29 tahun. Kalau usianya 35 tahun, minimal 1,4 AMH-nya," ujar Budi.

Bila dua orang perempuan yang sama-sama berusia 25 tahun namun AMH berbeda yakni 5,4 ng/mL dan 0,5 ng/mL, maka pasien kedua memiliki umur biologisnya yang jauh lebih tua daripada yang pertama.

"Ini yang menyebabkan tindakan pada pasien kedua akan jauh berbeda dari pasien pertama," demikian kata Budi.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler