36 KKKS Belum Capai Target

Jumat, 03 Februari 2012 – 07:27 WIB

JAKARTA - Kinerja produksi minyak di awal tahun 2012 ini rupanya masih suram. Ini terlihat dari banyaknya kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang belum mencapai target produksi.

Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BPMigas) R. Priyono mengatakan, hingga 31 Januari 2012, dari 44 KKKS yang sudah memproduksi minyak, hanya 8 yang mampu mencapai target. "Sehingga, ada 36 KKKS yang belum mampu mencapai target yang ditetapkan dalam APBN 2012," ujarnya saat rapat dengan Komisi VII DPR kemarin (2/2).

Data BPMigas menunjukkan, tiga KKKS dengan mengalami kekurangan terbesar dari targetnya adalah Total E&P Indonesie yang hanya mampu memproduksi minyak 72.200 barel per hari (bph) dari target 85.000 bph atau kurang 13.600 bph. Lalu, Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) yang hanya mampu memproduksi 11.175 bph dari target 23.000 bph atau kurang 11.825 bph. Kemudian, Pertamina EP yang hanya sanggup mencapai produksi 123.879 bph dari target 135.000 bph atau kurang 11.121 bph.

Beberapa KKKS lain yang juga masih belum mencapai target adalah CNOOC SES, Chevron Pacific, JOB P - Medco Tomori Sulawesi, Sele Raya, Sumatera Persada Energi, Star Energy (Kakap), Conocop Phillips (Grissik) dan 26 KKKS lain.

Priyono menyebut, 36 KKKS yang belum mencapai target tersebut totalnya memiliki angka produksi 739.491 bph dari total target 817.423 bph. "Jadi, masih kurang sebesar 77.932 bph," katanya.

Priyono mengatakan, faktor dominan yang membuat masih rendahnya capaian produksi minyak di awal 2012 ini adalah kendala tahun 2011 yang masih dalam tahap penyelesaian. Misalnya, PT Pertamina EP yang tengah mengalami problem lifting di Sumur BN-18 Lapangan Bunyu, serta realisasi hasil pemboran yang tidak sesuai target.

Lalu, Total E&P Indonesie yang mengalami kendala kerusakan kompresor di beberapa lapangan, serta belum kembalinya produksi normal Lapangan Tunu setelah major maintenance pada Juni - Juli 2011 lalu. Sedangkan masih rendahnya produksi PHE WMO disebabkan keterlambatan perpanjangan kontrak pada 2011 lalu, serta proses retender Rig 2.

Deputi Pengendalian Operasi BPMigas Rudi Rubiandini menambahkan, BPMigas sudah menyiapkan upaya untuk mendorong produksi minyak. Diantaranya, menahan laju penurunan alamiah produksi minyak (decline rate) dari 12 persen ke 3 persen dengan optimasi produksi lapangan eksisting.

Selain itu, BPMigas juga sudah dan akan melakukan tindakan khusus dan komprehensif yang out of the box untuk penambahan produksi di luar POD ataupun rencana yang sudah ada. Menurut Rudi, salah satu langkah out of the box yang diambil BPMigas untuk mendorong kinerja KKKS adalah mencopot bos perusahaan migas asing yang dinilai tidak bisa kooperatiof.

"Sudah ada tiga bos KKKS yang diganti. Mudah-mudahan, tidak perlu lagi mengganti manajemen KKKS karena kami berharap mereka bisa kooperatif dalam meningkatkan produksi migas," ucapnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Penentu Opsi Harga BBM


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler