4 Cara Mengatasi Gap Generasi di Perusahaan

Jumat, 31 Januari 2020 – 21:51 WIB
Ilustrasi pekerja generasi milenial. Foto: Antara/Sirclo

jpnn.com, JAKARTA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2016 menunjukkan jumlah tenaga kerja dari generasi milenial mencapai 62,5 juta.

Angka itu setara 40 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Generasi X mengakuisisi jumlah terbanyak yakni 69 juta pekerja.

BACA JUGA: 3 Investasi Tepat bagi Generasi Milenial

Sementara itu, Baby Boomers menempati posisi terakhir dengan total populasi sebanyak 28,7 juta pekerja.

Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi perusahaan dalam mengatur strategi pengelolaan SDM.

BACA JUGA: Pesan Sandiaga Uno kepada Generasi Milenial

Sebab, gap generasi ini menghadirkan perbedaan cara kerja, cara pandang, hingga cara komunikasi yang tentunya akan berdampak pada operasional bisnis jika tidak diatasi.

Nah, berikut ini taktik yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mengatasi lingkungan kerja multigenerasi.

1. Hindari Stereotip Antargenerasi

Cara kerja dahulu dan sekarang tentunya sudah mengalami banyak perubahan. Standar pekerjaan yang dulu diterapkan bisa jadi sudah tidak relevan di masa kini.

Hindari pandangan bahwa generasi yang lebih tua selalu lebih tahu dan benar atau generasi muda pasti tidak memahami masalah dibandingkan dengan rekannya yang lebih tua.

Penting bagi perusahaan untuk menjembatani gap umur ini, bahwa mengasosiasikan bertambahnya umur dengan bertambahnya pengetahuan tidak serta-merta benar.

2. Coba Lihat Perspektif Setiap Generasi

Setiap generasi menyikapi sesuai dengan cara yang berbeda. Menjaga komunikasi adalah hal yang krusial.

Gaya bahasa yang berbeda dapat menimbulkan banyak kesalahpahaman yang berujung pada penurunan kualitas kerja tim.

Beberapa ahli berpendapat bahwa memberikan stimulus-stimulus untuk membangun kerja tim seperti pelatihan, team building, social dan technical event, serta kegiatan CSR dapat menjadi alternatif jalan keluar untuk menengahi gap generasi

3. Ciptakan Ekosistem Kerja Untuk Mengembangkan Potensi Individu

Membuat rencana pengembangan individu untuk masing-masing karyawan dengan tidak membeda-bedakan generasi penting dilakukan oleh perusahaan.

Ciptakan budaya diskusi dan evaluasi, saling mendengar serta memberikan umpan balik yang konstan dan konstruktif. Selain itu juga, dorong karyawan untuk selalu berpikir dalam kerangka yang lebih besar dan kreatif.

4. Adopsi Teknologi Untuk Penuhi Ekspektasi Antargenerasi

Setiap generasi memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap perusahaan. Penggunaan teknologi bisa menjadi salah satu jembatan paling efektif untuk memberikan ruang kolaborasi, ekspresi untuk bertanggung jawab dan berkomitmen, serta delivery manfaat karyawan dengan lancar.

Salah satu contohnya dengan automasi sistem operasional HR melalui software HRIS seperti Talenta.

Fitur yang dimiliki seperti Live Attendance memenuhi ekspektasi generasi milenial yang ingin diberi tanggung jawab dan kebebasan yang sepadan dengan mengatur jam kerja sendiri.

Sementara itu, fitur Benefit yang mudah diakses bisa memenuhi ekspektasi baby boomers yang menginginkan komitmen dan manfaat yang ditawarkan oleh perusahaan.

Melalui teknologi, generasi milenial atau baby boomers akhirnya bisa merasakan manfaat yang sama dan arus informasi ketenagakerjaan pun bisa lebih sistematis dan rapi.

VP Marketing Mekari Standie Nagadi mengatakan, gap generasi ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan mengatur strategi pengelolaan SDM-nya.

“Sebab, menghadirkan perbedaan cara kerja, cara pandang, hingga cara komunikasi. Harus ada langkah strategis yang dijalankan perusahaan untuk mengatasinya sehingga tidak berdampak pada operasional bisnis" ujarnya, Jumat (31/1). (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler