jpnn.com - JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil riset terbarunya, terkait empat faktor yang menyebabkan Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat kalah ketika head to head dengan dua pesaingnya di Pilkada DKI Jakarta.
Hal ini menurut peneliti LSI Ardian Sopa terjadi kalau Pilkada Jakarta berlangsung Oktober 2016, dan jika head to head hanya dua pasang calon saja, di putaran kedua nanti.
BACA JUGA: Ahok Harus Tahu, Alquran Itu Pedoman Hidup Umat Muslim
Faktor pertama, kata Ardian, adanya perpindahan dukungan. Jika head to head pasangan Ahok-Djarot vs Anies-Sandi, maka pendukung pasangan Agus-Sylvi lebih banyak mengalihkan dukungan ke Anies-Sandi (64,3 persen) dibandingkan ke pasangan Ahok-Djarot (14,3 persen) .
"Hal ini karena pemilih Agus-Sylvi dan pasangan Anies-Sandi satu profil," kata Ardian di kantor LSI Rawamangun, Jumat (7/10).
BACA JUGA: Maaf Bang Haji, Partai Idaman Tak Lolos Verifikasi
Profil tersebut yakni dari segmen muslim, di luar Tionghoa, usia muda, pendidikan atas, pemilih partai pendukung plus partai Golkar.
Begitu pula, jika pasangan Ahok-Djarot vs Agus-Sylvi, pendukung pasangan Anies-Sandi lebih condong ke pasangan yang diusung Demokrat, PAN, PKB dan PPP itu (59,1 persen). Sementara yang beralih ke Ahok hanya 8,6 persen karena kesamaan profil pemilih.
Kedua adalah faktor pemilih muslim. Pasangan Anies-Sandi dan Agus-Sylvi unggul di pemilih muslim yang basisnya sekitar 90 persen pemilih Jakarta. Sementara pemilih yang tidak mengingikan nonmuslim menjadi gubernur angkanya naik dari 40 persen pada Maret 2016 menjadi 55 persen di bulan Oktober 2016.
Ketiga, faktor pemilih non-Tionghoa, yang populasinya mencapai di atas 90 persen. Pemilih yang tidak ingin dipimpin oleh etnis ini meningkat dari 30 persen di Maret 2016 menjadi 50 persen pada Oktober 2016.
BACA JUGA: Forum Antipenistaan Agama Seret Ahok ke Polda Metro Jaya
Terakhir, faktor sentimen anti-Ahok. Membesarnya sentimen anti-Ahok di luar isu agama dan primordial, yaitu mengenai kebijakan dan personality Ahok. Pada Maret 2016 yang tidak setuju dengan kebijakan dan personality-nya di angka 25 persen, pada Oktober 2016 menjadi 38,6 persen. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PPP Djan Faridz Tak Punya Legalitas Dukung Ahok-Djarot
Redaktur : Tim Redaksi