4 Kelompok Berebut Pengaruh di Sekeliling Jokowi

Selasa, 29 Juli 2014 – 01:03 WIB

jpnn.com - Hari-hari yang lebih berat sedang menanti Joko Widodo.

Pada tanggal 22 Juli yang lalu Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan Jokowi keluar sebagai pemenang dalam pemilihan presiden yang baru berlangsung.

BACA JUGA: Airin Bawa Anak di Rutan KPK Berlebaran Bareng Suami

Namun Prabowo Subianto masih memiliki kesempatan untuk membuyarkan mimpi Jokowi jadi Presiden RI. Prabowo Subianto telah mengajukan gugatan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) ke Mahkamah Konstitusi.

Sidang perdana akan digelar 6 Agustus mendatang. Dijadwalkan pada 22 Agustus MK akan membacakan keputusan apakah menerima gugatan Prabowo atau menolaknya.

BACA JUGA: Formasi CPNS, Tak Ada Jatah bagi Disabilitas dan Atlet Berprestasi

Di luar urusan dengan Prabowo, Jokowi kini tengah menghadapi persoalan lain yang tidak kalah pelik. Sejumlah pihak dan kelompok yang selama ini menjadi tulang punggung kampanye Jokowi mulai memperlihatkan tanda-tanda menagih balas jasa.

Memang selama ini Jokowi dan orang-orang dekatnya selalu mengatakan bahwa koalisi yang mereka bangun bersifat tanpa syarat. Artinya, silakan bergabung dan mendukung Jokowi, tapi soal berbagi kekuasaan tunggu dulu. Jokowi, kerap disebutkan ingin membangun tradisi politik baru di negeri ini.

BACA JUGA: Akbar Klaim Golkar Tak Akan Menyeberang ke Jokowi-JK

Selain PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri yang mencalonkannya, Jokowi juga didukung oleh Partai NasDem yang dipimpin Surya Paloh, Partai Hanura yang dipimpin Jenderal (purn) Wiranto dan Partai PKPI yang dipimpin Jenderal (purn) Sutiyoso.

Di luar partai-partai politik ada kelompok bisnis dan media yang ikut membantu Jokowi.

Bila anatomi tim pendukung Jokowi dibedah maka secara umum terlihat empat kelompok utama yang berjasa memenangkan Jokowi.

Kelompok pertama adalah kaum nasionalis-simbolis yang selama ini kerap meneriakan yel-yel dan jargon nasionalisme tanpa pernah berusaha melaksanakannya.

Bagi kelompok ini marhaenisme, trisakti, dan mandiri, misalnya, hanya semboyan dan merek dagang. Mereka tak pernah benar-benar serius membangun ekonomi kerakyatan. Kalau pun sebagian dari mereka mau, tetapi anasir itu tidak tahu bagaimana melakukannya.

Kelompok kedua adalah kaum bisnis-oportunis yang memandang Jokowi hanya sebagai kendaraan untuk mendapatkan tujuan bisnis/ekonomi. Anggota kelompok ini percaya bahwa pertarungan ekonomi hanya bisa dimenangkan bila memiliki akses politik yang bisa diandalkan.

Kelompok ketiga adalah kaum yang selama ini dikenal sebagai neolib. Di tengah pertarungan global antara, misalnya, kubu Amerika Serikat melawa kubu Republik Rakyat China, kelompok neolin menjadi salah satu pihak yang memainkan peranan maksimal dalam mengagregasi dukungan pihak luar.

Terakhir adalah kelompok relawan baik yang diorganisir maupun yang tidak diorganisir. Mereka secara umum dibagi dua, relawan politis dan relawan a-politis. Kelompok relawan politis memiliki kepercayaan pada paham nasionalisme dalam arti memiliki keinginan membangun negara yang kuat yang dapat mensejahterakan rakyat. Mereka ingin keluar dari simbolisasi nasionalisme.

Adapun kelompok relawan a-politis memberikan dukungan untuk Jokowi karena percaya Jokowi adalah orang baik. Kelompok ini tidak begitu mau melibatkan diri dalam pertarungan yang sesungguhnya pasca kemenangan Jokowi. Bagi sebagian besar mereka, perjuangan mereka selesai pada hari ketika Jokowi dilantik sebagai presiden.

Dari keempat kelompok ini, kelompok mana yang memiliki pengaruh dominan terhadap Jokowi?

Jawaban atas pertanyaan ini berbeda-beda. Tetapi tampaknya bisa dijawab setelah kabinet Jokowi bersama Jusuf Kalla diumumkan.

Untuk sementara kita masih harus bersabar menunggu masa itu. (rmo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapa Tokoh Jabar yang Dibidik Jokowi-JK jadi Menteri?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler