4 Prajurit TNI Tewas Dibunuh, Mana Suara Para Pegiat HAM?

Sabtu, 04 September 2021 – 18:11 WIB
Ketua Pemuda Adat wilayah II Saiberi-Nabire Ali Kabiay mempertanyakan sikap para pegiat HAM. Foto: Ist for jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Pemuda Adat wilayah II Saiberi-Nabire Ali Kabiay mempertanyakan integritas para pegiat hak asasi manusia (HAM) yang selama ini berkoar-koar tentang hak asasi manusia di Papua.

Pasalnya, saat empat prajurit TNI dibantai secara keji oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) tak ada seorang pun pegiat HAM yang bersuara.

BACA JUGA: Buya Syafii Sebut Taliban Masa Lalu Citra Buruk Terhadap Islam

Empat prajurit TNI dibunuh secara keji oleh kelompok teroris separatis papua (KTSP) di pos jaga rayon militer di Kampung Kisor, Distrik Aifat Selatan, Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9).

"Mereka (pegiat HAM) tak pernah bersuara bila jatuh korban di antara aparat, mereka ini diskriminatif," ujar Ali Kabiay dalam keterangannya, Sabtu (4/9).

BACA JUGA: Pembunuhan 4 Prajurit TNI Duka Seluruh Bangsa

Menurut pria yang juga menjabat Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora Papua ini, para pegiat HAM terkesan menutup mata.

Padahal manusia diciptakan sederajat.

BACA JUGA: 4 Prajurit TNI Tewas, 1 Orang Hilang Diserang Sekelompok OTK

"Coba kalau yang menjadi korban para pelaku, suara mereka bergaung bersahut-sahutan, saling menguatkan dengan menyebut telah terjadi pelanggaran HAM," katanya.

Ali Kabiay juga mengatakan sikap para pegiat HAM membuat HAM seolah-olah tidak universal.

“HAM itu milik semua golongan manusia," katanya.

Ali geram, karena para pegiat HAM juga tidak bersuara ketika yang menjadi korban adalah warga yang berasal dari luar Papua.

“Apa mereka ini pantas disebut sebagai pembela hak asasi manusia, sementara mereka sangat pilih-pilih?"

"Saya merasa sebenarnya mereka, para aktivis HAM itu, hanya mencari isu, pamor dan kepentingan kelompok tertentu saja,” katanya.

Ali kemudian menunjuk kasus pembantaian dua orang karyawan PT. Indo Papua, Rionaldo Raturoma (42) dan Dedi Imam Pamungkas (40), pada 22 Agustus lalu.

“Mereka dibakar sampai hangus oleh KSTP pimpinan Tendius Gwijangge. Tak ada salah apa-apa. Mana suara mereka? Semua hanya diam seribu bahasa," katanya.

Ali secara pribadi menyatakan berduka dan bersimpati terhadap para korban KSTP selama ini.

Tidak hanya korban-korban yang terjadi Kamis (2/9) lalu, karena aksi biadab KSTP telah lama terjadi.

Menurutnya, para korban sejatinya para pahlawan, yang berani berjuang untuk membuat Papua lebih baik.

Sebanyak 50 anggota KSTP diberitakan menyerang Posramil Kisor, Papua Barat, Kamis (2/9).

Empat personel TNI gugur, dua lainnya mengalami luka berat.

Para korban terlihat mengalami berbagai penyiksaan brutal sebelum meninggal.

Sebelumnya, dua karyawan PT Indo Papua tewas dibakar bersama mobil yang mereka tumpangi pada 22 Agustus lalu.

Peristiwa lain juga terjadi awal April lalu.

KSTP menembak guru honorer di SD Inpres Beoga Oktovianus Rayo dan guru SMPN 1 Beoga Yonatan Randen hingga tewas.

Penembakan dilakukan setelah KTSP membakar bangunan sekolah yang dipakai anak-anak Papua untuk belajar.(gir/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler