jpnn.com - Empat putera asli Papua di wisuda pada awal April 2017 dan menyandang gelar Sarjana Pertambangan dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Mereka meraih S1 melalui Papuan Bridge Program (PBP), yang diselenggarakan PT Freeport Indonesia.
BACA JUGA: DPR: IUPK Freeport Indonesia Berpotensi Melanggar UU
Papuan Bridge Program adalah program pengembangan untuk mahasiswa Papua yang telah lulus dari universitas dan akan terjun ke dunia usaha/kerja.
Tujuan utama dari program ini adalah mengembangkan sumber daya manusia Papua semaksimal mungkin, sehingga dapat bersaing di dunia kerja.
BACA JUGA: Thomas Tewas..Kantor, Bank, Pertokoan dan Sekolah Tutup
Empat orang mahasiswa Papua itu yakni Baldus Ambrauw, Orlando Fonataba, Oktovianus Irimi, dan Andrew Karubaba, adalah lulusan program Diploma 3 Universitas Cendrawasih dan Universitas Papua yang berkesempatan meneruskan program Sarjana di ITB dengan PBP yang telah diselenggarakan Freeport sejak 2012.
Menurut Baldus, Freeport tak hanya memberikan mereka beasiswa, namun mereka juga dibekali, dibina, dimonitor, serta diajak berkomunikasi bila ada kendala dalam perkuliahan.
BACA JUGA: Enam Ruangan di Kantor Gubernur Dibobol Maling
Saat ini PBP telah memasuki tahun ketujuh dan menghasilkan 16 angkatan. Hingga saat ini, total jumlah lulusan program PBP sudah mencapai lebih dari 160 orang, dan mereka telah berkarya di berbagai sektor, termasuk menjadi karyawan PT Freeport Indonesia, Pegawai Negeri Sipil, karyawan perusahaan swasta lainnya, dan entrepreneur di Papua maupun di luar Papua.
“Kami percaya apa yang sudah Freeport Indonesia buat untuk kami pasti besar manfaatnya untuk kami ke depan. Walaupun kami awalnya tidak berani bermimpi, namun sekarang kami mampu dan bisa,” ucap Baldus.
Kini Baldus berani bersaing dengan insinyur pertambangan lainnya.
Sementara Koordinator PBP-ITB, Udjiana Sekteria Pasaribu, mengapresiasi kehebatan para putera asli Papua yang kompak, mau belajar, sehingga mereka berhasil lulus tepat waktu.
“Mereka berhasil melewati masa-masa sulit praktikum di ITB, karena mereka rajin bertanya dan selalu mendengarkan bimbingan dari kita. Mudah-mudahan ini menular ke mahasiswa lain dari Papua, dan pendidikan menjadi way of life," harapnya.
Simon Patrice Morin, mantan anggota DPR empat periode (1992-2009) dari Papua mengatakan, peluang ini tercipta karena Freeport mempunyai komitmen melibatkan orang asli Papua.
"Kini anak-anak orang asli Papua mendapat pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan yang berkualitas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri," kata dia.
Menurutnya, Freeport pemberi lapangan kerja terbesar bagi masyarakat asli Papua di luar sektor pemerintahan.
Melalui Freport, orang asli Papua memperoleh kesempatan meningkatkan keterampilan, memperoleh pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kucurkan Rp 10 T untuk Dana Abadi Pendidikan
Redaktur & Reporter : Yessy