4 Usulan dari Tim Quick Win Destinasi Super-Prioritas Untuk Pacu Wisman ke Borobudur

Senin, 02 September 2019 – 17:06 WIB
Presiden Joko Widodo (jaket merah) saat berkunjung ke Candi Borobudur. Foto: dok. Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas

jpnn.com, MAGELANG - Tim Quick Win 5 Destinasi Super-Prioritas menyodorkan empat langkah strategis kepada Presiden Jokowi, untuk mengakselerasi kunjungan wisatawan ke Borobudur dalam rapat terbatas dengan para menteri di kawasan Borobudur, pekan lalu.

”Presiden Jokowi ingin lima destinasi superprioritas, termasuk Borobudur, benar-benar bisa menjadi pengungkit kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk menggerakkan ekonomi rakyat dan mendulang devisa guna mengurangi current account deficit. Kunjungan wisman ke lima destinasi superprioritas harus tumbuh eksponensial, jangan lagi linear,” ujar Ketua Tim Quick Win 5 Destinasi Super-Prioritas, Irfan Wahid kepada awak media, Senin (2/9).

BACA JUGA: Westlife Terpukau Keindahan Candi Borobudur

Kunjungan wisman ke Borobudur bisa dibilang minim. Apalagi jika dibandingkan dengan Angkor Wat, candi di Kamboja yang sama-sama menyandang status UNESCO World Heritage Site. Dalam setahun, Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia dikunjungi sekitar 300.000 wisman. Adapun Angkor Wat dikunjungi 2,9 juta wisman.

”Artinya, kinerja Angkor Wat hampir sepuluh kali lebih efektif mendatangkan wisman dibanding kinerja kita dalam memoles Borobodur,” ujarnya.

BACA JUGA: Westlife Nyanyikan Lagu-lagu Queen di Candi Borobudur

BACA JUGA: Tim Quick Win Superprioritas Tancap Gas Garap 33 Destinasi di Danau Toba

Irfan mencatat lima masalah utama terkait pengembangan Borobudur, yaitu penataan kawasan, minimnya atraksi malam hari, minimnya informasi destinasi sekitar Borobudur, minimnya pilihan kuliner dan minimnya pilihan transportasi.

BACA JUGA: Westlife Diharapkan Bikin Borobudur Makin Terkenal

Irfan pun mengusulkan empat langkah strategis kepada Presiden Jokowi, yang kemudian direspons baik oleh Jokowi.

Pertama, penataan kawasan agar Borobudur kian menarik untuk dikunjungi, termasuk membangun suasana kesakralan. Pendekatan dipecah dengan menggunakan sensory-based model untuk memperkuat tourist experience. Mencakup touch, smell, sight, sound, dantaste dengan atmosfer destinasi yang sakral.

Situasi saat ini masih lemah pada aspek sound, smell, dan taste. Taste diperkuat dengan sacre-gastronomi di desa-desa sekeliling candi, yang memperkuat industri gastronomi dengan tema sakral. Tentu saja dengan tetap mematuhi aturan UNESCO.

”Kami harus melihat sesuatu beyond dari candi. Borobudur ini memiliki beberapa situs seperti danau purba, sawah purba, dan sungai purba yang perlu diteliti lebih lanjut. Semua itu dikemas dalam storynomics tourism, pendekatan pariwisata berbasis narasi, konten kreatif, living culture, serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi,” paparnya.

Kedua, penciptaan traffic puller baru, termasuk membuka keran public private partnership (PPP) untuk membuat atraksi baru. ”Misalnya, perlu theme park. Namun, harus theme park berkelas dunia, jangan setengah-setengah. Investasi ratusan miliar menuntut kolaborasi dengan swasta,” ujarnya.

Selain itu, Borobudur dan sekitarnya perlu menambah banyak pariwisata event (event tourism) untuk memperpanjang siklus destinasi (destination life cycle). ”Wisman mengunjungi Borobudur dan sekitarnya sekaligus menikmati event tourism. Ini bisa menambah lama kunjungan, jumlah, dan belanja wisman sekaligus,” tutur Irfan.

Ketiga, optimasi destinasi yang juga bisa membuat wisatawan bertahan lebih lama di wilayah Magelang. Rata-rata lama menginap wisman di Magelang baru berkisar 1,89 hari.

Kualitas destinasi di sekitar Kabupaten Magelang dan Jogjakarta, Solo, Semarang (Joglosemar) secara umum perlu ditingkatkan. Di daerah Magelang ada sekitar 49 destinasi potensial. Di keseluruhan Joglosemar ada lebih dari 200 destinasi dengan keunikannya masing-masing.

”Itu semua perlu dihidupkan sebagai kesatuan ekosistem pariwisata untuk mengerek kunjungan wisman ke Borobudur,” jelasnya.

Keempat, targeted marketing dengan optimalisasi basis data wisatawan, termasuk berkolaborasi dengan platform seperti Grab, Gojek, dan Traveloka. Data digital itu penting untuk memetakan perilaku wisatawan, sehingga langkah-langkah pengembangan Borobudur bisa fokus hanya pada satu hal, yaitu kunjungan wisman sebanyak-banyaknya.

”Targeted marketing ini perlu strategi digital terintegrasi. Jadi strategi digital bukan hanya soal influencer di media sosial atau placement di media online, tapi harus komprehensif. Misalnya perlu breakthrough dengan melibatkan growth hackers,” pungkasnya. (*/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keceriaan Westlife saat Tiba di Yogya sebelum Menggoyang Borobudur dan Sam Poo Kong


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler