Saat itu, kedua bocah yang tinggal di Kampung Nyalindung RT 1/04, Desa Gununggeulis, hendak berangkat ke sekolah. Di tengah jalan, kedua murid SD itu melihat tas wanita tergeletak di pinggir jalan -Gadog yang merupakan jalan alternatif menuju Puncak.
Deden dan Acon kemudian membuka tas tersebut. Keduanya pun kaget dan langsung melaporkan penemuan itu kepada orang tuanya. Selanjutnya, penemuan peluru dilaporkan ke pemerintah Desa Gununggeulis yang kemudian dilanjutkan ke aparat kepolsiain.
Peluru aktif tersebut diduga miliki teroris yang sengaja disimpin di jalur alternatif Puncak. Pasalnya, peluru senjata laras panjang itu buatan luar negeri (Amerika Serikat). Sedangkan peluru yang digunakan di Indonesia mayoritas buatan dalam negeri (PT Pindad), sehingga kecil kemungkinan amunisi tersebut milik aparat.
Kapolres Bogor, AKBP Hery Santoso mengatakan, peluru yang ditemukan itu semuanya berasal dari Amerika Serikat. Amunisi tersebut berkaliber 30-06 SPRG dari tiga merk winchester, federal dan Cal 30M2 ball catridges. “Sebanyak 345 butir jenis wine cester, 34 butir jenis reminton dan 80 butir jenis cartridges,” terang Hery.
Kasat Reskrim Polres Bogor, AKP Imron Ermawan, menambahkan, saat ditemukan peluru tajam tersebut masih berada dalam catride (tempat) dan bungkusnya.
Imron melanjutkan, untuk pengembangan penemuan peluru tersebut, pihaknya sudah meminta keterangan dari tiga orang saksi. Peluru itu, kata dia, sudah diamankan dan akan diserahkan ke Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat untuk diperiksa.
Polres Bogor, lanjut Imron, belum bisa memastikan apakah peluru tersebut ada kaitannya dengan beberapa aksi terorisme yang sedang marak belakangan ini. "Kami belum bisa menyimpulkan ke arah sana (terorisme). Nanti kami akan gali," katanya.
Namun, Imron memastikan peluru-peluru tersebut biasa digunakan oleh senjata laras panjang, baik otomatis maupun semi otomatis. "Peluru itu diduga ilegal, karena amunisi yang digunakan di Indonesia rata-rata produk dalam negeri (PT Pindad)," jelasnya.
Sementara itu, warga Gununggeulis, Dedi Rahman (39) mengatakan, peluru itu pertamakali ditemukan oleh anaknya Deden (12) dan Acon pada saat akan berangkat sekolah. “Saat itu anak saya menemukan tas tersebut tergeletak. Isinya peluru dan terlihat masih baru. Jumlahnya ada sepuluh bungkusan,” terangnya.
Anaknya sempat menggosok-gosokkan peluru itu ke aspal karena tidak tahu jika benda itu berbahaya. ”Dia kira benda itu kosmetik wanita. Untung pelurunya tidak meletus,” terangnya. (sdk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perakit Bom di Jakbar Sering Menyendiri di Kamar
Redaktur : Tim Redaksi