jpnn.com, MANCHESTER - Manchester United mendapat hasil minor di pekan kedelapan Premier League usai takluk 2-4 dari Leicester City, Sabtu (17/10) malam WIB.
Hasil tersebut mengakhiri 29 laga tak terkalahkan MU di pertandingan tandang Premier League.
BACA JUGA: Diam-Diam Manchester City Incar Gelandang Kawakan Barcelona
Pelatih United Ole Gunnar Solskjaer menjadi kambing hitam kekalahan Setan Merah di laga tadi. Juru taktik asal Norwegia itu dianggap tak bisa memadukan skuad mewah yang dimiliki MU.
Solskjaer belum bisa mendapat hasil yang diinginkan fan United dan tampaknya mulai kehilangan simpati dari para penggemar.
BACA JUGA: Fakta Mengerikan Laga Leicester vs Man Utd, Harry Maguire Mendapat Teror dari Fan
Pada catatan tersebut, Jpnn.com telah menghimpun lima alasan mengapa United sebaiknya berpisah dengan Solskjaer. Simak di bawah ini.
1. MU Sering Kalah Melawan Tim yang Dianggap Lemah
BACA JUGA: Liga Italia: Inter Milan Takluk di Kandang Elang, Rekor Ivan Perisic Berakhir Sia-Sia
Juara Premier League 20 kali ini banyak kehilangan poin melawan tim yang secara kualitas pemain berada di bawah mereka. United gagal meraih kemenangan melawan klub seperti Southampton, Aston Villa dan Everton.
Kekalahan melawan Leicester adalah pukulan besar bagi United karena di laga berikutnya mereka bakal melawan tim-tim kuat, yaitu Tottenham Hotspur, Liverpool dan Manchester City.
2. Pemilihan Pemain yang Salah
Solskjaer kerap membuat keputusan yang salah dalam pemilihan starting line up. Sebagai contoh, ketika MU melawan Everton di pekan ketujuh, pelatih berusia 48 tahun itu malah mencadangkan Cristiano Ronaldo yang sedang on fire.
Pemain Portugal itu baru dimasukkan pada menit 57'. Tak ada alasan kebugaran atau kelelahan, entah apa yang ada dipikiran Solskjaer menaruh pemain sekaliber Ronaldo di bangku cadangan.
3. Tidak Bisa Memanfaatkan Kualitas Pemain
Solskjaer diberkati skuad yang luar biasa di Manchester United. Dengan tambahan Ronaldo, Raphael Varane, dan Jadon Sancho di bursa transfer musim ini, United seolah memiliki skuad impian a.k.a dream team.
Meski begitu, mantan pelatih Molde ini belum bisa memanfaatkan 100 persen kemewahan skuad yang dia miliki.
Sebagai contoh simpel, Donny van de Beek yang begitu mengkilap bersama Ajax tampil di bawah standar ketika dipoles Solskjaer.
4. Solskjaer Terlalu Mengandalkan Satu Pemain
MU beberapa kali selamat dari kekalahan bukan dari strategi apik yang diterapkan Solkjaer, tetapi lebih kepada performa gemilang para pemainnya.
Pada laga kontra Villarreal di Liga Champions, MU benar-benar kesulitan mengembangkan permainan. Beruntung, mereka memiliki kiper David De Gea yang berhasil menghindarkan Setan Merah dari kekalahan.
5. Solkjaer Tak Punya Taktik Andalan
Ketika kita menyaksikan Chelsea, Liverpool, dan Manchester City bermain, kita bisa melihat jelas ketiga tim tersebut memiliki identitas permainan yang dibawa pelatih mereka masing-masing.
Hal itu tidak terjadi di Manchester United. Solskjaer punya keunggulan dalam hal menguasai ruang ganti pemain, tetapi permainan taktisnya tidak terlihat bagus selama membesut MU.(mcr15/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dhiya Muhammad El-Labib