5 Kehebatan Tim Putra Indonesia Si Jawara Badminton Asia

Senin, 12 Februari 2018 – 10:58 WIB
Indonesia, juara Badminton Asia Team Championships 2018. Foto: Badminton Indonesia

jpnn.com, ALOR SETAR - Untuk kedua kalinya, tim putra Indonesia menjadi yang terbaik di Asia. Pada final Badminton Asia Team Championships (BATC) 2018 di Alor Setar, Malaysia, Minggu (11/2) malam, Merah Putih menjinakkan Tiongkok 3-1 dan mempertahankan gelar yang diraih di Hyderabad, India 2016.

(Baca: Fantastis! Tim Putra Indonesia Pertahankan Status Juara Asia)

BACA JUGA: Fantastis! Tim Putra Indonesia Pertahankan Status Juara Asia

Keberhasilan Indonesia di edisi kedua BATC ini terbilang fantastis. Ada beberapa fakta yang patut dicatat sebagai bukti tim putra Indonesia memang hebat. (adk/jpnn)

Kehebatan tim putra Indonesia di BATC 2018

BACA JUGA: Aduh, Ginting Tumbang di Partai Ketiga Indonesia vs Tiongkok

1. Tim putra datang ke Alor Setar dengan kondisi tidak 100 persen. Marcus Fernaldi cedera otot perut. Sedangkan Anthony Sinisuka Ginting bermasalah di engkel kanan. Hebatnya, pemain lain mampu mengisi kekosongan.

2. Tim pelatih melakukan perjudian dengan terus mengacak komposisi ganda putra. Hendra Setiawan pernah dipasangkan dengan Angga Pratama di match pertama melawan Maladewa. Ada Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro di match melawan Filipina.

BACA JUGA: Melihat Jonatan Pantang Menyerah, Ahsan/Angga Tak Mau Kalah

Kemudian ada Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya dan Angga Pratama/Rian Agung Saputro di pertandingan melawan India.

Ahsan/Kevin dipertahankan saat laga penting melawan Jepang, menang atas Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Di match ini, Hendra berpasangan dengan Rian.

Sejak melawan Korea di semifinal hingga Tiongkok di final, tim pelatih memasang Ahsan/Angga dan Rian/Hendra.

3. Jonatan Christie menjawab kepercayaan tim pelatih yang selalu menurunkan dia sebagai tunggal pertama. Biasanya, dalam sebuah pertandingan beregu, pemain pertama adalah ujung tombak untuk berjuang memastikan poin pertama.

Jojo, panggilan pemain kelahiran Jakarta berusia 20 tahun ini sempurna mengemban tugas. Jojo selalu main sejak penyisihan hingga final dan selalu menang. Ini nama-nama korban Jojo: Hussein Zayan Shaheed (Maladewa), Ros Leonard Pedrosa (Filipina), Srikanth Kidambi (India), Kenta Nishimoto (Jepang), Son Wan Ho (Korea) dan Shi Yuqi (Tiongkok)

4. Semua pemain di tim memberikan peran penting buat tim. Ihsan Maulana Mustofa menyumbang poin. Bahkan yang paling mengejutkan, bukan buat Indonesia saja namun hingga dunia, adalah kemenangan Firman Abdul Kholik.

Tunggal dengan pegangan kidal itu menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Korea di semifinal. Firman menang di partai kelima, membuat skor menjadi 3-2. Firman sempat tertinggal 14-20 dari tunggal Korea Lee Dong Keun di game ketiga. Pemain Banjar itu mengejar delapan angka hingga menang.

5. Perjalanan tim putra Indonesia ke tangga juara tidak melewati jalan yang mudah. Okelah di penyisihan grup mendapat dua lawan yang di atas kertas jauh di bawah Jonatan dkk yakni Maladewa dan Filipina. Namun sejak penentuan juara grup (dengan India) sudah mulai berat.

Setelah India, Indonesia ketemu tim sarat bintang, Jepang di perempat final. Indonesia malah menyapu bersih tiga partai awal, 3-0. Di semifinal jumpa Korea. Dengan susah payah akhirnya menang juga 3-2.

Pada final kemarin, Tiongkok dihajar 3-1. Meski Tiongkok tanpa ganda-ganda putra terbaik mereka, namun bukan rahasia lagi tim yang di Alor Setar ini merupakan skuat yang sudah digodok sejak generasi Chen Long dan Lin Dan gagal total di Piala Thomas 2016, di kandang sendiri.

India, Jepang, Korea dan Tiongkok dilewati. Sayang enggak sempat ketemu tuan rumah Malaysia, biar sekalian semua Macan Asia dihadapi.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Tertinggal 13-18, Jonatan Teringat Perjuangan Firman


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler