5 Ormas Islam Haramkan Kehadiran TKA Tiongkok, Komunis!

Rabu, 03 Juni 2020 – 20:25 WIB
Perwakilan 5 Ormas Islam di OKU, Sumsel. Foto: antara

jpnn.com, OGAN KOMERING ULU - Lima Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, menolak kehadiran Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok di wilayahnya, khususnya di PT Semen Baturaja, PLTU dan Tambang Batubara.

"Kami para ulama yang tergabung dalam Ormas Islam di OKU meliputi GNPF Ulama, PA 212, FUI, Bang Japar dan Mujahidah menolak keras kehadiran TKA asal China di Bumi Sebimbing Sekundang ini," kata Ketua GNPF Ulama Ogan Komering Ulu (OKU), Alikhan Ibrahim di Baturaja, Rabu.

BACA JUGA: 141 TKA Tiongkok di Sumsel Dipulangkan

Dia menegaskan menolak dan menentang kebangkitan kembali PKI di Indonesia termasuk kehadiran tenaga kerja asing dari Tiongkok yang berada di wilayah OKU.

"Seperti yang ada di Perusahaan Tambang Batubara, PLTU, PT Semen Baturaja dan sebagainya," katanya.

BACA JUGA: Perintah Habib Rizieq untuk Ormas Islam: Bikin Rekening Khusus, Galang Dana Besar-besaran

Menurut dia, para TKA Tiongkok tersebut berpaham komunisme dan disinyalir sebagai anggota Tentara Merah, atau Tentara Pembebasan Rakyat China untuk menjajah Indonesia.

Sementara itu, menurut Komandan Ormas Bang Japar OKU, Rahmatullah menambahkan bahwa bangsa Indonesia harus belajar dari pengalaman negeri Tibet yang berhasil diinvasi dan dikuasai RRC di tahun 50-an.

BACA JUGA: 82 Ribu Tewas Gegara Corona, Sekutu Donald Trump Salahkan Tipu Daya Partai Komunis Tiongkok

"Pada waktu itu para pekerja asal China yang mengerjakan proyek infrastruktur utama di Tibet merupakan Tentara Merah yang menyamar guna menyerang negeri tersebut dari dalam," ungkapnya.

Oleh sebab itu, kata dia, para ulama menolak kehadiran TKA asal China di Kabupaten OKU karena dinilai lebih banyak mendatangkan permasalahan dari pada manfaat.

Dia menegaskan, jika TKA asal China dibiarkan berdatangan ke OKU seperti yang terjadi dalam pengerjaan proyek Pabrik Dua PT Semen Baturaja tahun lalu, maka persoalan baru yang akan banyak bermunculan.

"Otomatis gesekan dengan pekerja lokal akan terjadi seperti yang terjadi di Sulawesi. Lagi pula masih banyak tenaga kerja kita yang membutuhkan pekerjaan apalagi di tengah krisis total ekonomi akibat musibah wabah COVID-19 seperti sekarang ini," ujarnya. (ant/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler