50 Persen Kejahatan Terungkap Berkat CCTV

Selasa, 21 Juli 2015 – 06:44 WIB
LEBIH AMAN: Kampung Pagesangan Asri 3 dilengkapi 16 unit CCTV di sepanjang jalan. Kamera-kamera pengawas itu bisa diakses dari komputer rumah maupun handphone berbasis android. Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos

jpnn.com - MASIH ingat kasus perampokan rumah mewah di Surabaya Barat dengan kerugian miliaran rupiah dua tahun lalu? Pelakunya adalah penjahat antarpulau. Meski sudah berada di seberang lautan, pelakunya dapat ditangkap Unit Resmob Polrestabes Surabaya. Kuncinya adalah rekaman  closed circuit television (CCTV) yang terpasang di tempat parkir sebuah mal.

Berdasar rekaman itu, polisi berhasil mengetahui pelaku ketika masuk ke lokasi parkir mal tersebut. Waktu itu pelaku hendak membeli alat yang digunakan untuk merampok. Pelat nomor kendaraan milik penjahat juga bisa dideteksi. Dengan gambar tersebut, wajah pelaku akhirnya berhasil diidentifikasi.

BACA JUGA: Terjadi Lonjakan Angka Pelanggaran Lalin saat Arus Mudik

Kamera pengawas saat ini menjadi kunci pengamanan. Tidak hanya di pergudangan dan perkantoran, tapi juga perkampungan yang sering menjadi sasaran penjahat. Ketika ada tindak kriminalitas, satu alat yang paling dicari polisi adalah kamera CCTV. Sayang, belum semua orang sadar pentingnya CCTV. Indikasinya, masih banyak tempat strategis yang belum memasang kamera pemantau itu.

Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Takdir Mattanete menegaskan, kamera CCTV sangat penting untuk mengungkap kejahatan. ”Awalnya kami menganggap itu hanya pendukung. Tapi, fungsinya sangat penting, bahkan terkadang menjadi petunjuk utama,” katanya.

BACA JUGA: Padahal O.C. Kaligis Pernah Diperingatkan Murid Kesayangannya, Begini Pesannya

Berdasar analisis yang dilakukannya, 50 persen kasus kejahatan bisa terungkap berkat bantuan CCTV. Berdasar rekaman itu, polisi mendapat gambaran pelaku. Mulai ciri-ciri fisik, jumlah personel, sampai modus yang dipakai. Dengan memperhatikan temuan itu, petugas bisa langsung memetakan penjahat yang telah beraksi tersebut.

Dia mencontohkan kasus pembunuhan sopir taksi Blue Bird di Jalan Kalisosok beberapa waktu lalu. Polisi sempat kesulitan karena bukti yang ditemukan di lokasi kejadian sangat minim. Sebab, pelaku tidak meninggalkan jejak apa pun.

BACA JUGA: Besok Mensos ke Tolikara, Mau Ngapain Bu?

Namun, polisi berhasil mengidentifikasi pelaku dari lima kamera CCTV yang terpasang di dua pintu gudang dekat lokasi kejadian. Selain itu, ada tiga CCTV di sebuah pusat perbelanjaan. ”Pelakunya sudah tergambar, tapi keberadaannya masih dicari,” jelasnya.

Perwira dengan dua melati di pundak itu menyayangkan karena ada sejumlah tempat strategis yang mengabaikan CCTV. Dia kemudian menyebut nama sebuah mal di Surabaya. Di tempat tersebut, jumlah kamera pengawas sangat minim. Bahkan, kualitas gambar kamera yang terpasang sangat buruk.

Dia lalu menunjukkan contoh gambar yang secara visual hanya terlihat buram. Jika ada kejahatan di lokasi tersebut, pelakunya bakal sulit terdeteksi. Padahal, lokasi itu berada di pusat kota dan terdapat benda-benda bernilai tinggi yang bisa menjadi sasaran penjahat.

Meski begitu, tidak sembarang kamera CCTV bisa dipasang. Ada standar minimal yang harus diperhatikan. Takdir mencontohkan, untuk kamera outdoor, harus ada inframerah agar bisa menjangkau daerah yang objeknya minim cahaya. ”Kalau memakai kamera biasa, sama saja enggak terlihat,” ucapnya.

Inframerah yang digunakan bisa menambah pencahayaan di lokasi yang menjadi sasaran pengawasan. Dengan begitu, objek di depan kamera tetap bisa terlihat.

Menurut dia, sudah waktunya warga di perkampungan memasang kamera CCTV. Terutama gang-gang kecil. Sebab, pelaku curanmor sering beraksi di tempat kos dan permukiman penduduk. Dengan CCTV tersebut, setidaknya pelaku bisa berpikir ulang ketika akan beraksi.

Kalaupun sampai beraksi, penjahat bisa dengan mudah teridentifikasi. ”Karena pelakunya itu-itu saja. Kalau ada gambarannya saja, kami sudah bisa tahu pelakunya,” jelasnya.

Selain itu, penempatannya tidak bisa serampangan. Sebab, pelaku bisa saja melumpuhkan CCTV sebelum beraksi. Takdir menyarankan, lokasi kamera tersebut seharusnya tersembunyi. Pemilihan jenisnya juga harus tepat.

Salah satu kampung yang berhasil menekan angka kriminalitas berkat pemasangan CCTV adalah Perumahan Pagesangan Asri, persisnya di Kavling 3 RT 6, RW 3.

Ide untuk memasang CCTV itu dicetuskan Helmi Muhammad Noor, 42. Dia bercerita, pemasangan CCTV tersebut berawal dari kasus kemalingan yang sering terjadi di wilayahnya pada 2010. Dalam sebulan, pernah terjadi empat kali kasus pembobolan rumah. Padahal, perumahannya selalu dijaga satpam. ”Tetapi, masih saja kecolongan,” ujarnya.

Dia lalu berinisiatif mengajak warga untuk memasang CCTV. Awalnya, tidak sedikit warga yang menolak. Alasannya, biaya pemasangan CCTV mahal. Namun, Helmi tidak putus asa. Dia lalu memasang sendiri dua CCTV di depan rumahnya.

Suatu ketika, tetangga Helmi kemalingan. Nah, aksi si maling terekam kamera pengintai milik Helmi. Berkat rekaman CCTV itu pula, pelaku bisa diketahui dan ditangkap. ’’Sejak itu, warga mulai setuju dengan ide pemasangan CCTV,”  ucap Helmi saat ditemui Jawa Pos di kediamannya.

Hingga kini, ada 16 unit CCTV yang dipasang di Jalan Pagesangan Asri 3. Jarak antar-CCTV sekitar 10 meter. Dengan jarak tersebut, semua objek bisa terlihat dengan jelas. Padahal, jangkauan penglihatan CCTV bisa mencapai radius 50–70 meter.

”Sebanyak 12 CCTV diletakkan di dalam gang, 4 CCTV di jalan besar serta pojok. Sehingga, semua titik tidak lolos dalam pengawasan,” jelasnya.

Helmi juga membantah bahwa pemasangan CCTV membutuhkan biaya besar. Sebab, harga satu unit CCTV hanya Rp 500 ribu. Dengan harga sebesar itu, kamera mampu menghasilkan gambar kualitas HD (high definition) serta dilengkapi infrared. Selain melalui komputer atau laptop, sistem kontrol bisa diakses melalui handphone berbasis android.

Dengan demikian, warga bisa mengontrol wilayahnya setiap saat meski tidak berada di kompleks perumahan. ”Secara tidak langsung, kita sudah membantu pihak kepolisian menjaga keamanan lingkungan,” katanya.

Dia menjelaskan, setelah memasang CCTV, perumahannya kini aman. Tidak ada lagi aksi kriminalitas. Selain memasang CCTV, warga menempelkan banner bertulisan ”Kampung ini sudah dilengkapi pengamanan CCTV”.

CCTV itu membuat Helmi lebih mudah mengecek kegiatan rutin warga. Misalnya, kerja bakti atau senam pagi. ”Warga yang tidak aktif dalam kegiatan tersebut bisa dengan mudah diketahui,” katanya.

Helmi berharap kampungnya bisa menjadi percontohan bagi daerah lain. ”Kalau bukan kita yang berperan aktif menjaga lingkungan, mau siapa lagi,” ujarnya. (did/eko/ian/c10/c6/oni)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Perda Larangan Perayaan Lebaran?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler