jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Ali Ramdhani memastikan program reformasi madrasah yang dirilis pada Oktober 2020 terus bergulir.
Tahun ini ditargetkan ada 500 ribu siswa madrasah yang akan mendapat akses pembelajaran digital dengan teknologi terkini.
"Sebanyak 500 ribu siswa madrasah akan diberikan akses pembelajaran digital teknologi terbaru," kata Ali Ramdhani dalam konsinyering program madrasah reform realizing education’s promise dan madrasah education quality reform (REP-MEQR) di Jakarta, Sabtu (20/2).
REP-MEQR merupakan kerja sama antara Kemenag dan Bank Dunia. Ini merupakan program modernisasi tata kelola penyelengaraan pendidikan dasar dan menengah di Kemenag. Pelaksanaan proyek didanai oleh Bank Dunia dengan anggaran mencapai Rp 3,75 triliun atau USD 250 juta.
BACA JUGA: Kemenag Siapkan Program Beasiswa untuk Dosen dan Tenaga Kependidikan Konghucu
Kemenag juga telah menandatangani kerja sama dengan Alef Education, sebuah lembaga yang berbasis di Uni Emirat Arab. Kerja sama ini mencakup program pengadaan alat belajar digital serta teknik dan materi yang mendukungnya.
Menurutnya, reformasi madrasah harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelosok. Reformasi ini bukan berarti mendidik siswa menjadi seorang programer, namun mendidik siswa memiliki cara berpikir komputasi.
BACA JUGA: Kemenag Prioritaskan Jemaah Haji Khusus Divaksin
"Saat ini sistem sudah diciptakan dengan sangat bagus tetapi harus didorong dengan digital culture," terang Dhani, sapaan akrab Ali Ramdhani.
Digitalisasi pendidikan madrasah, kata Dhani, akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, program itu baru akan menyentuh madrasah negeri.
Hal itu diharapkan bisa mendongkrak performa madrasah sebagai lembaga pendidikan berdaya saing tinggi.
Dhani mengaku, saat ini terdapat beberapa kendala implementasi program digitalisasi madrasah, terutama di daerah pelosok.
Sebab, masih ada ribuan madrasah di daerah terpencil yang belum teraliri listrik. Bahkan, banyak juga madrasah yang berada pada blank spot jaringan internet.
Tentu di daerah-daerah tersebut juga masih terdapat guru-guru yang belum akrab dengan teknologi informasi terbaru.
"Persoalan ini tentu saja menjadi masalah mendasar bagi program digitalisasi madrasah. Untuk mengubah madrasah biasa menjadi digital, sumber listrik dan jaringan internet menjadi hal yang paling dibutuhkan," ujarnya.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Kemenag, Muhammad Zain menambahkan, semua perangkat teknologi diterapkan untuk memuat transformasi ilmu di madrasah menjadi optimal. "Tugas guru itu membuat anak didiknya ketagihan belajar. Teknologi diharapkan dapat mendukung ide ini," pungkasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad