LHOKSUKON- 5.000 hektar lebih areal sawah petani di Wilayah Timur, Aceh Utara jadi lahan tidur (sleeping land). Hal ini akibat belum maksimalnya sistem irigasi yang ada di Aceh Utara. Kondisi itu membuat areal sawah tidak lagi difungsikan oleh masyarakat selama ini.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Aceh Utara, Ir Mukhtaruddin, saluran irigasi sepanjang hampir 10 kilometer mengalami rusak parah dikawasan Lhoksukon- Baktya Barat, Aceh Utara. Kerusakan ini telah terjadi sejak tahun 2003 lalu dan juga mengakibatkan sejumlah areal sawah di kecamatan lainnya kekurangan air.
“Ada beberapa hal yang membuat hasil atau produksi padi di Aceh Utara belum maksimal. Belum semua areal ada irigasi, saluran pembuang yang butuh normalisasi. Sehingga lahan tersebut tidak difungsikan dan menjadi lahan tidur,”ungkap Mukhtaruddin, kepada Rakyat Aceh (Grup JPNN), Minggu (17/3).
Selama ini sambungnya, produksi padi di Aceh Utara rata-rata mencapai sekitar 4 sampai 5 ton. Kedepan diupayakan hasil produksi padi harus ditingkatkan dengan rata-rata mencapai sekitar 7 ton. Kondisi ini tentulah harus didukung oleh sistem irigasi yang baik dan bibit unggul serta pendampingan kepada petani.
Selain itu, sambung Mukhtaruddin, masa turun ke sawah di Aceh Utara juga belum serentak. Ini juga dampak dari belum maksimalnya sistem irigasi yang ada. Kondisi ini membuat tanama padi lebih rentan terhadap serangan hama. Upaya ke arah tersebut terus dilakukan dengan berkorrdinas dengan dinas tehnis lainnya yakni dinas pengairan.
“Kita berharap, dalam beberapa tahun ke depan, masa turun ke sawah dapat dilakukan serentak. Ini dapat mengurangi serangan hama terhadap tanaman padi. Tetapi ini juga harus didukung oleh irigasi yang memadai tentunya,”ungkap Mukhtar. (agt)
Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Aceh Utara, Ir Mukhtaruddin, saluran irigasi sepanjang hampir 10 kilometer mengalami rusak parah dikawasan Lhoksukon- Baktya Barat, Aceh Utara. Kerusakan ini telah terjadi sejak tahun 2003 lalu dan juga mengakibatkan sejumlah areal sawah di kecamatan lainnya kekurangan air.
“Ada beberapa hal yang membuat hasil atau produksi padi di Aceh Utara belum maksimal. Belum semua areal ada irigasi, saluran pembuang yang butuh normalisasi. Sehingga lahan tersebut tidak difungsikan dan menjadi lahan tidur,”ungkap Mukhtaruddin, kepada Rakyat Aceh (Grup JPNN), Minggu (17/3).
Selama ini sambungnya, produksi padi di Aceh Utara rata-rata mencapai sekitar 4 sampai 5 ton. Kedepan diupayakan hasil produksi padi harus ditingkatkan dengan rata-rata mencapai sekitar 7 ton. Kondisi ini tentulah harus didukung oleh sistem irigasi yang baik dan bibit unggul serta pendampingan kepada petani.
Selain itu, sambung Mukhtaruddin, masa turun ke sawah di Aceh Utara juga belum serentak. Ini juga dampak dari belum maksimalnya sistem irigasi yang ada. Kondisi ini membuat tanama padi lebih rentan terhadap serangan hama. Upaya ke arah tersebut terus dilakukan dengan berkorrdinas dengan dinas tehnis lainnya yakni dinas pengairan.
“Kita berharap, dalam beberapa tahun ke depan, masa turun ke sawah dapat dilakukan serentak. Ini dapat mengurangi serangan hama terhadap tanaman padi. Tetapi ini juga harus didukung oleh irigasi yang memadai tentunya,”ungkap Mukhtar. (agt)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Petani Kesulitan Keringkan Gabah
Redaktur : Tim Redaksi