504 Nakes Meninggal Dunia karena Covid-19, Tertinggi di Asia, Kami Turut Berbelasungkawa

Sabtu, 02 Januari 2021 – 18:56 WIB
Ilustrasi - Virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. ANTARA/Ist

jpnn.com, JAKARTA - Dari laporan Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sampai akhir Desember 2020 tercatat 504 petugas kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19.

Angka keseluruhan itu terdiri dari 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, tujuh apoteker, dan sepuluh tenaga laboratorium medik.

BACA JUGA: Gilbert Simanjuntak: Nakes dan Satgas Harus Diberikan Vaksin Terbaik

Para dokter yang meninggal itu terdiri dari 101 dokter umum yang di antaranya empat guru besar, 131 dokter spesialis, dengan di antaranya tujuh guru besar, serta lima residen.

Semuanya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten).

BACA JUGA: Sebanyak 440 Ribu Nakes dan 23 Ribu Vaksinator Terus Dipersiapkan

IDI juga mencatat angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr. Adib Khumaidi SpOT mengatakan peningkatan kematian tenaga medis itu salah satu dampak akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi, seperti berlibur, pilkada, dan aktivitas berkumpul dengan orang tidak serumah.

BACA JUGA: Innalillahi, Marbut Tewas Tertimpa Tembok Masjid di Jagakarsa

"Vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan sudah melakukan vaksinasi, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi dimana rasio positif COVID-19 pada angka 29,4 persen," katanya dalam siaran resmi.

"Situasi akan bisa menjadi makin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M."

Selain itu, IDI juga meminta pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk memperhatikan ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, serta tes rutin untuk mengetahui situasi terkini mereka.

Perlindungan bagi tenaga kesehatan mutlak diperlukan, tegas Adib, diperlukan karena petugas kesehatan kini menjadi garda terdepan dan benteng terakhir mengingat masih adanya yang abai pada protokol kesehatan.

Sejurus itu, Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) dr. Ari Kusuma Januarto, SpOG(K) mengingatkan pada seluruh ibu hamil untuk menaati protokol kesehatan.

Hal itu penting, katanya, mengingat ibu hamil memiliki imun yang lebih rendah selama masa kehamilan sehingga sangat rawan tertular atau terpapar virus.

"Meski belum ada penelitian bahwa virus COVID-19 dapat menular pada janin dalam kandungan, namun ketika seorang ibu hamil sudah terkonfirmasi positif, maka bayi yang baru dilahirkan dapat berpotensi tertular juga karena kontak fisik," tegas dr. Ari. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler