Wilayah yang mengalami krisis air bersih yakni Kecamatan Tenjo (9 desa, 18 kampung), Ciseeng (2 desa, 3 kampung), Jasinga (2 desa, 3 kampung), Cigudeg (7 desa, 25 kampung). Selanjutnya, Jonggol (7 desa, 23 kampung), Cariu (5 desa, 18 kampung), Leuwisadeng (5 desa), Parungpanjang (3 desa, 613 KK) dan Caringin (satu desa).
Kepala BPBD, Yous Sudrajat mengatakan, pemerintah kabupaten mengerahkan sepuluh mobil tangki untuk mendistribusikan air bersih ke 83 titik kekeringan. Armada dari PDAM dan PMI itu masing-masing berkapasitas 5.000 liter air. "Ada penyaluran air bersih. Langkah ini sudah dimulai sejak awal Agustus," tutur Yous.
Distribusi air bersih, lanjut Yous, akan terus dilaksanakan selama seminggu ke depan. Namun, tidak menutup kemungkinan diperpanjang karena diperkirakan musim kemarau masih berlangsung hingga Oktober mendatang.
Yous mengatakan, pihaknya sudah melayangkan surat pemberitahuan kepada 40 kecamatan untuk melaporkan kekeringan di wilayahnya. Ia meminta, pemerintah kecamatan dan desa proaktif melaporkan jika terjadi krisis air bersih di wilayah pemerintahan mereka.
Salah satu wilayah yang mengalami krisis air bersih adalah Kecamatan Dramaga. Kecamatan ini sepertinya belum melaporkan jumlah warga yang mengalami krisis air bersih di wilayahnya. Pasalnya, kekeringan di daerah ini tidak masuk dalam data BPBD. Padahal, ratusan KK di kecamatan yang menjadi tempat tinggal Bupati Bogor Rachmat Yasin tersebut kesusahan mendapatkan air bersih. Sumur warga di desa itu sudah mengering. Warga pun kebingungan mencari air bersih untuk dikonsumsi. “Sudah satu bulan wilayah kami tak kunjung diguyur hujan, sehingga sumur warga mengering,” terang Kepala Desa Cikarawang, Suhan.
Menurutnya kekeringan yang melanda warganya sudah terjadi sejak pertengahan Agustus. Akibatnya sebanyak 500 dari 2.114 KK di 12 RT kesulitan mendapatkan air bersih.
Ia menambahkan, saat ini 500-an KK di Kampung Cikarawang memanfaatkan satu-satunya sumber mata air di Kampung Carangpulang yang masih mengeluarkan air. Sementara warga lainnya membeli air galon untuk keperluan memasak dan minum.
Heni (31), warga Kampung Cangkrang, RT 01/02 Desa Cikarawang, mengaku ia bersama puluhan tetangganya setiap harinya harus mengantre selama berjam-jam untuk mendapatkan tiga ember air bersih. "Saya biasanya pergi ke mata air ini pada siang hari, karena kalau pagi sudah tidak mungkin karena antrean sangat panjang,” kata Heni saat mengantre di tempat penampungan air, kemarin.
Ia menambahkan, tak jarang dirinya dan puluhan warga dari kampung tetangga mengantre hingga empat jam untuk mendapatkan air. Ia mengaku, sumur miliknya yang kedalamannya mencapai 19 meter telah mengering sejak sebulan terakhir.
Sementara itu, Kepala Informasi dan Data Stasiun Klimatologi Dramaga, Hendri mengatakan, musim kemarau akan belangsung hingga Oktober mendatang. Kendati musim kemarau melanda Bogor, hujan dengan intensitas kecil tetap ada seperti yang terjadi kemarin sore. "Intensitas hujan di Bogor kecil, di bawah 50 milimeter/detik dengan durasi kurang lebih di bawah 15 menit dan tentunya belum bisa untuk mengisi sumur-sumur warga yang kering," jelasnya. (ike/sdk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Foke Janji Tindak Anak Buahnya yang Korupsi
Redaktur : Tim Redaksi