jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi dalam penyelenggaraan workshop literasi digital di Kabupaten Ende dan Nagekeo. Lebih dari 300 peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Ende dan Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur mengikuti workshop tersebut.
Kepala Dinas (Kadis) Kominfo Kabupaten Ende Supriyanto menyampaikan makin maraknya kejahatan siber dan hoaks adalah akibat masyarakat hanya mengetahui cara menggunakan Internet tanpa memahami etika penggunaannya.
BACA JUGA: Kemenkominfo Mengedukasi Pelajar tentang Batasan Bermedia Sosial
“Pemerintah harus berkolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya agar nilai-nilai kebenaran dan etika dapat dijalankan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya dalam menggunakan teknologi digital.” tutur Supriyanto dalam keterangannya, Sabtu (15/10).
Indriastuty seorang Key Opinion Leader (KOL) Ende, menyampaikan kebiasaan ingin dianggap paling pertama tahu tentang sesuatu merupakan racun di dalam masyarakat. Itu membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi terhadap suatu informasi agar cepat menyebarkan informasi itu.
BACA JUGA: Kemenkominfo Edukasi Para Pelajar Didik Waspadai Jejak Digital di Internet
Lebih lanjut, Tuteh, sapaan akrab Indriastuty, memaparkan bahwa ada enam cara untuk menangkal hoaks di masyarakat, yaitu :
1. Waspadai judul berita yang provokatif.
2. Cermati situs berita yang dibaca.
3. Cek keaslian foto/video yang tersebar.
4. Saring sebelum sharing.
5. Ikuti situs anti hoaks (https://turnbackhoax.id/ atau https://aduankonten.kominfo.go.id ).
6. Jangan berhenti menyebarkan informasi mengenai cara menangkal hoaks.
Senada itu, Ferdinandus Lidang, tokoh pendidikan Ende mengingatkan peserta untuk selalu menjaga keamanan akun media sosial saat beraktivitas secara digital. Hati-hati mengeklik tautan di media sosial, karena dapat mengakibatkan akun diakses dan menjadi korban hoaks.
Sementara Itu, Kadis Kominfo Nagekeo, Andreas Ndona Corsini menuturkan masih banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa berpikir bagaimana menjaga sikapnya.
“Pengguna media sosial mengatakan punya hak dalam mengekspresikan diri. Saya bilang, Anda tidak tinggal di pulau terpencil, tetapi berhubungan dengan banyak orang, oleh karena itu perlu menggunakan etika dalam bermedia sosial,' tutur Andreas dalam workshop di Nagekeo.
Rosadalima Dee Panda, tokoh pendidikan Nagekeo menjelaskan untuk menggunakan teknologi digital dengan baik, diperlukan pengetahuan mengenai budaya digital. Hal ini bisa membantu pengguna teknologi digital dalam berinteraksi antarsesama pengguna.
“Budaya digital membentuk cara berinteraksi secara personal, dengan lingkungan dan dengan orang lain yang menunjukkan hal-hal yang baik di media sosial,” tutur Rosadalima. (esy/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Mesyia Muhammad