jpnn.com, JAKARTA - Hampir setiap hari belakangan ini selalu ada kabar terbaru terkait kasus kematian Brigadir Nopryansah Josua Hutabarat atau Brigadir J.
Versi awal yang disampaikan kepolisian, Brigadir J tewas dalam baku tembak dengan rekannya sesama polisi, Bharada E, di rumah Irjen Ferdy Sambo pada Jumat, 8 Juli 2022.
BACA JUGA: Kamaruddin Blak-Blakan Ungkap Kejadian Jumat Malam, Adik Brigadir J Saat Itu...
Berikut ini 6 kabar terbaru yang muncul hingga Kamis (22/7) malam:
1. Jangan Berspekulasi soal Istri Ferdy Sambo
Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap (Komnas) Perempuan Andy Yentriyani meminta semua pihak bersabar menunggu hasil investigasi tim khusus (timsus) yang dibentuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
BACA JUGA: Leher Brigadir J Dijerat Pakai Tali? Begini Kata Dokter Forensik, Hmmmm
Komnas Perempuan menilai spekulasi yang menyudutkan istri Ferdy Sambo dampaknya sangat buruk.
"Semua spekulasi, khususnya terkait motif, menurut kami akan lebih banyak menyudutkan pihak Ibu P (istri Ferdy Sambo), sehingga itu menghalangi beliau untuk bisa pulih," kata Andy Yentriyani dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
BACA JUGA: Pihak Keluarga Brigadir J Bicara Lugas Apa Adanya, Poengky: Saya Optimistis...
Dia mengatakan, beredarnya spekulasi justru akan mempersulit tim khusus bentukan Kapolri untuk mendapatkan keterangan istri Ferdy Sambo yang menjadi saksi kunci peristiwa tersebut.
Komnas Perempuan sedang melakukan pendalaman kasus terkait pelaporan P sebagai korban kekerasan seksual.
"Kami sedang mendalami kasusnya, Komnas Perempuan mengupayakan siapa pun yang melaporkan kekerasan seksual, yang pertama harus kami pastikan adalah upaya perlindungan dan pemulihannya dilakukan semua pihak," katanya.
Andy mengatakan Komnas Perempuan memandang kondisi P sebagai fokus utama, terlepas dari kasus insiden polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J.
"Kalaupun memang dia adalah saksi dari peristiwa, tetap dia butuh pulih dulu baru bisa bercerita; yang jadi fokus kami adalah Ibu P punya ruang untuk pemulihan. Ibu P masih dalam kondisi sangat syok.”
“Saat ini Ibu P hanya menangis saja, makanya kami butuh ruang lebih untuk bisa mendampingi kasusnya," jelasnya.
“Isu utamanya kan penembakannya. Mari kita kasih waktu Komnas HAM, timsus, kepolisian untuk memberikan informasi apa yang sebetulnya terjadi. Makanya, kita hentikan dulu spekulasi-spekulasi tentang motif, kita kasih ruang untuk Ibu P pulih," kata Andy.
2. Menunggu Hasil Pemeriksaan Rekaman CCTV di Rumah Ferdy Sambo
Kadivhumas Polri Irjen Pol. Dedi Prasetyo menjelaskan, Tim Khusus Bareskrim Polri mendapatkan rekaman CCTV) di sepanjang jalan sekitar rumah dinas Fedry Sambo, Duren Tiga Jakarta Selatan.
"(Lokasi) di sepanjang jalan sekitar TKP," kata Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Bukti rekaman CCTV tersebut kini sedang diperiksa di laboratorium forensik (labfor) guna mengetahui konstruksi kejadian sebenarnya.
Selain rekaman CCTV di jalan sekitar TKP, penyidik juga mendapatkan rekaman di lokasi kejadian atau di dalam rumah Ferdy Sambo.
"Ada, tetapi saat ini (CCTV) masih di labfor," tambah Dedi.
Polri mengumumkan telah menemukan barang bukti rekaman CCTV di sekitar TKP, pada Rabu (20/7).
Dalam penyelidikan awal, rekaman CCTV di lokasi kejadian dinyatakan tidak ditemukan dengan alasan rusak dan mati.
3. Perintah Presiden Jokowi Tegas dan Jelas
Presiden Joko Widodo kembali memerintahkan Polri terbuka dan mengusut tuntas kasus kematian Brigadir Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
"Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas, buka apa adanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi, transparan. Sudah!" tegas Presiden Jokowi di sela-sela kunjungan kerjanya di Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis.
Ditegaskan Jokowi bahwa transparansi menjadi sangat penting dalam penyelidikan kasus penembakan yang menewaskan Brigadir J, sehingga tidak muncul keraguan masyarakat terhadap institusi Polri.
"Ini yang harus dijaga. Kepercayaan publik terhadap Polri harus dijaga," tambahnya.
4. Kombes Yandri Irsan Plt Kapolres Jakarta Selatan
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menunjuk Kombes andri Irsan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kapolres Jakarta Selatan menggantikan Kombes Pol Budi Herdi Susianto yang telah dinonaktifkan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan penunjukan Kombes Yandri Irsan itu berdasarkan Surat Perintah Nomor 158/VII/KEP/2002 tanggal 21 Juli 2002 tentang Pelaksanaan Tugas atau Plt Kapolres Metro Jakarta Selatan.
"Dalam surat perintah tersebut, Kapolda menunjuk Kombes Pol Yandri Irsan yang sehari-hari sebagai Direktur Pam Obvit Polda Metro Jaya ditunjuk sebagai Plt Kapolres Metro Jakarta Selatan," kata Endra Zulpan di Jakarta, Kamis.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menonaktifkan Kombes Budhi Herdy Susianto dari jabatannya dalam rangka menjaga transparansi, objektivitas dan akuntabilitas dalam pengungkapan kasus baku tembak antaranggota di rumah Ferdy Sambo.
5. Info Perkembangan Penanganan Kasus Brigadir J lewat Satu Pintu
Polda Metro Jaya menyerahkan sepenuhnya penyampaian perkembangan penyidikan kasus tewasnya Brigadir J kepada Mabes Polri.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan, penyampaian perkembangan penanganan kasus Brigadir J dilakukan satu pintu melalui Mabes Polri.
"Terkait dengan update penanganan kasus Brigadir J, nanti penyampaiannya dari satu pintu, yaitu di Mabes Polri," kata Endra Zulpan di Jakarta, Kamis.
Kombes Zulpan mengatakan, Mabes Polri akan menyampaikan setiap detail perkembangan kasus tewasnya Brigadir J tersebut kepada masyarakat.
"Setiap penyampaian penanganan timsus ini saya juga akan mendampingi Kadiv Humas di Mabes Polri saat menyampaikan ke media. Jadi nanti disampaikan dari Mabes Polri," ujar Zulpan.
6. Pernyataan Irjen Napoleon Bonaparte Menyengat
Mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri Irjen Pol. Napoleon Bonaparte meminta masyarakat untuk tetap mendukung Polri dalam mengusut perkara ini.
"Tolong, publik tetap dukung institusi Polri," ujar Napoleon seusai sidang lanjutan kasus dugaan penganiayaan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis.
Di sisi lain, Napoleon Bonaparte mengimbau kepada siapa pun yang terlibat dalam perkara tersebut untuk bersikap kesatria dan mengakui perbuatannya.
"Gentle, jangan cemen karena ada korban. Terungkap atau tidak terungkapnya masalah ini sangat tergantung pada kepemimpinan Polri, kepemimpinan yang jujur. Tapi mari tetap kita dukung," kata Napoleon.
Dia mendukung keputusan Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang telah menonaktifkan Irjen Ferdy Sambo, Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Budhi Herdi Susianto, dan Kepala Biro Pengamanan Internal Brigjen Hendra Kurniawan berkaitan dengan kasus kematian Brigadir J.
Namun, Napoleon mengingatkan bahwa penonaktifan sifatnya hanya sementara.
"Begini, nonaktif sementara itu beda dengan diganti, nonaktif sementara masih bisa kembali. Jadi, mari kita pantau terus kasus ini perkembangannya sampai ke mana," ujar Napoleon. (antara/sam/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu