600 Ha Sawah Banjir, Petani Bisa Klaim Asuransi

Rabu, 15 April 2020 – 07:05 WIB
Sawah padi di Lamongan, Jawa Timur, terendam banjir. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, LAMONGAN - Sawah padi seluas 600 hektar di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur terendam banjir setinggi 60 cm selama tiga hari. Meski bisa klaim asuransi, petani terpaksa memanen padi mereka lebih awal dari jadwal masa panen untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Menurut Puji, salah satu petani di Desa Datinawong, Kecamatan Babat, banjir yang menerjang sawahnya disebabkan karena adanya tanggung kali yang jebol yang berada di sebelah barat Desa Datinawong. Air dari kali masuk ke sawah dan menggenangi sawah yang ada di desa setempat.

BACA JUGA: Kementan Gandeng Perusahaan E-Commerce Memasarkan Beras

"Ya mau gimana lagi mas terpaksa kami panen lebih awal padahal perhitungan kami. Kalau tidak ada banjir seminggu lagi akan dipanen," kata Puji.

Tak hanya itu, banjir juga merendam sebagian rumah penduduk akibat anggul jebol karena beberapa hari yang lalu terjadi hujan deras. Meski sawahnya terendam, namun Puji mengaku masih bisa bersyukur. Sebab masih ada sejumlah petani tidak bisa dipanen. Kondisi ini terjadi pada mereka yang memiliki sawah di dataran rendah.

BACA JUGA: 3.000 Hektare Sawah di Karawang Terendam Banjir

"Kalau saya masih mending, ada tetangga saya yang sawahnya di bawah sana malah enggak bisa dipanen karena usia padinya masih muda," jelasnya.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Dinas Pertanian Lamongan Rujito mengatakan, jumlah sawah yang terendam banjir mencapai 600 hektar dan tersebar di tujuh kecamatan yang ada di Lamongan.

BACA JUGA: Asuransi Usaha Tani Padi Lindungi Petani dari Gagal Panen

Meski banyak padi yang terendam banjir, namun hal itu tidak akan mempengaruhi kualitas gabah para petani. Sebab padi yang terendam usianya sudah waktunya untuk dipanen.

"Kalau padi yang rebah diterpa angin itu baru kualitasnya rendah, tapi kalau terendam seperti sekarang tidak masalah," jelasnya.

Para petani yang merasa rugi dengan kondisi banjir, lanjut Rujito, bisa mengajukan klaim asuransi. Selanjutnya petugas asuransi akan menghitung jumlah kerugian para petani.

"Bisa mengajukan klaim asuransi, kalau di Lamongan ini petani diwajibkan membayar 200 ribu per hektar. Tapi berhubung mereka dapat subsidi dari pemerintah makan cukup membayar Rp36 ribu per musim," pungkasnya.

Menanggapi hal ini, Kementerian Pertanian (Kementan) siap berikan bantuan mitigasi untuk mengatasi banjir. Dinas Pertanian setempat dipersilakan berkoordinasi sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan.

"Saya ingin lokasi ini diperbaiki dan kembali difungsikan sebagai lahan pertanian sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Mentan SYL mengatakan, Kabupaten Lamongan salah satu wilayah penyangga pangan dan kawasan pertanian yang harus dipulihkan dengan kekuatan gerakan kedaulatan pangan. Menurut dia, Lamongan salah satu kabupaten subur yang berpotensi mendorong Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

"Karena itu pertanian adalah bagian dari gerakan yang harus kita bangun bersama. Sektor pertanian harus menjadi konsep pendidikan dan edukasi yang baik untuk menghidupkan perekonomian masyarakat luas," kata Mentan SYL.

Sementara, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy memastikan, upaya pencegahan maupun penanggulangan dampak hujan berupa banjir di area persawahan tahun ini akan lebih efektif. Kementan, menurut dia, telah menyiapkan seluruh kebutuhan sarana dan prasarana.

"Pemerintah akan menyiapkan upaya pompanisasi untuk area banjir dan bantuan bibit gratis. Silakan pemda koordinasi untuk menyiapkan pompanisasi jika masih terdapat genangan di sawah," kata Sarwo Edhy.

Selain itu, Pemerintah akan memberikan bantuan bagi para petani yang sawahnya terdampak banjir. Bantuan itu terbagi menjadi dua kategori, yakni sawah dengan asuransi tani dan sawah tanpa asuransi tani.

“Bagi petani yang sawahnya memiliki asuransi tani, pemerintah akan memberikan kompensasi senilai Rp 6 juta per hektare. Sementara untuk petani yang sawahnya tidak memiliki asuransi tani, hanya akan diusulkan pemberian bibit gratis,” ujar Sarwo Edhy.

Sarwo Edhy juga memuji kebijakan Pemda Lamongan yang mewajibkan petaninya mengikuti asuransi. Dengan begitu, petani tidak perlu lagi khawatir untuk melanjutkan usaha taninya.

"Petani bisa langsung melakukan kegiatan menanam lagi setelah klaim dilakukan. Itulah manfaat asuransi pertanian yang sebenarnya, petani hanya mengeluarkan biaya yang sangat kecil" pungkas Sarwo Edhy.(ikl/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler