Kisah warga Indonesia yang menyelundup ke Australia dengan bersembunyi di roda pesawat ternyata pernah terjadi pada tahun 1946 lalu. Pelakunya adalah seorang anak yatim asal Kupang berusia 12 tahun. Anak itu ditemukan dalam keadaan pingsan dan tubuh penuh luka-luka di roda pesawat yang mendarat di Bandara Darwin 69 tahun yang lalu. Anak yatim asal Kupang, Indonesia ini bernama Bas Wie, Ia ditemukan meringkuk di roda pesawat Dutch DC-3 yang mendarat di landasan pacu Bandara Kupang dimana ketika itu Ia bekerja di ruang dapur bandara tersebut. Bas Wie ditemukan di ruang roda pesawat dalam keadaan tidak sadarkan diri dan menderita sejumlah luka di sekujur tubuhnya, ketika pesawat Dutch DC-3 mendarat di Bandara Darwin tiga jam kemudian. Arsip nasional Australia menyimpan ratusan dokumen terkait tindakan luar biasa nekat yang dilakukan anak yatim asal Kupang tersebut dan kehidupan Bas Wie selanjutnya di Northern Territory. Kurator Arsip Nasional Australia, Michelle Hughes mengatakan dokumentasi yang dimiliki lembaganya antara lain menceritakan tentang betapa mengerikannya perjalanan yang dilalui Bas Wie dari Indonesia ke Darwin dengan menyelundup di roda pesawat. "Dia disebutkan sempat terbakar oleh knalpot pesawat yang menyebabkan Ia memiliki bekas luka gores di tulang bahunya dan dia juga menderita hipotermia akibat udara dingin yang bersumber dari baling-baling pesawat," kata Hughes. "Jadi bisa dibilang Bas Wie sangat beruntung bisa berhasil selamat dari perjalanan tersebut," katanya. Dokumentasi Arsip Nasional Australia juga menyebutkan Wie memutuskan untuk menyelundup di roda pesawat ke Australia karena Ia sempat mengalami pahitnya hidup di masa pendudukan  tentara Jepang di Timor selama Perang Dunia II dan Ia teringat dengan kebaikan seorang tentara Australia yang pernah menawarinya korned sapi dan juga permen. Namun berdasarkan kebijakan 'Australia Putih' yang berlaku ketika Bas Wie tiba di Darwin, anak yang belakangan mendapat julunan 'The Kupang Kid' atau 'Anak Kupang' itu dikategorikan sebagai pendatang yang tidak diinginkan dan sesuai ketentuan harus dideportasi. Namun dokumen arsip menunjukan ratusan kliping koran, dan surat dari warga yang menawarkan diri untuk mengadopsi atau menampung Bas Wie serta komunikasi resmi antara tokoh mantan administrator NT, Arthur (Mick) Driver dengan Menteri Imigrasi Federal ketika itu Arthur Calwell. Driver kemudian mempekerjakan Wie sebagai staf pribadinya, Ia juga mengirim Wie ke sekolah dan memberikan penetapan kalau Wie terbebas dari UU Pembatasan Imigrasi. Menurut Michelle Hughes beberapa korespondensi mendesak Pemerintah Federal untuk menegakan kebijakan mengenai Imigran Asia. "Orang yang beranggapan kalau membolehkan Bas Wie tinggal di Australia adalah hal yang membahayakan karena dapat menciptakan preseden buruk bagi kebijakan Australia Putih dan mereka khawatir Australia akan dibanjiri oleh orang-orang seperti Bas Wie yang hendak tinggal di Australia," katanya.
Namun demikian yang membingungkan ternyata mayoritas masyarakat Australia ketika itu mendukung hak Bas Wie untuk tetap tinggal di Australia, tidak hanya karena mengingat betapa mengerikannya cara Bas Wie menyelundup ke Australia dengan menjadi penumpang gelap di roda pesawat tapi juga karena mempertimbangkan betapa baik dan mudahnya Bas Wie beradaptasi dengan masyarakat Darwin. "Kami memiliki catatan dari guru Bas Wie yang menyebutkan kalau dia berhasil beradaptasi secara sosial dan juga memiliki prestasi akademik," kata Hughes. "Gurunya Calwell juga memberikan masukan agar kasus Bas Wie diberikan pertimbangan khusus mengingat anak Kupang ini yatim dan masih anak-anak." "Jadi warga menilai lebih baik Bas Wie dibiarkan menetap di Australia dan memperoleh pendidikan sehingga dia bisa memiliki kesempatan hidup yang lebih baik," Sebelum Driver meninggalkan Northern Territory, dia berhasil mencarikan pekerjaan untuk Wie di Izods Motors dan mengupayakan agar Wie di adopsi oleh sebuah keluarga di Darwin. Pada tahun 1958, 12 tahun setelah Bas Wie berhasil mendarat dengan selamat di Darwin Australia, "Anak Kupang' ini berhasil mendapatkan kewarganegaraan Australia lewat proses naturalisasi dan menikah dan berkeluarga. Hughes menceritakan berkas Arsip Nasional mengenai Bas Wie ini menunjukan 'perilaku kontras' dari kebijakan resmi pemerintah Australia di masa lalu dengan pemerintah sekarang terhadap warga Asia dan bagaimana publik Australia menyambut anak muda yatim asal Indonesia ini. "Berkas ini menunjukan dengan tegas sebuah fakta kalau warga Australia menyambut dengan hangat kedatangan Bas Wie, dan warga Australia juga otomatis bersimpati dan memberikan perhatian khusus pada anak ini yang telah melewati banyak tragedi dalam hidupnya,"  
Arsip Nasional Australia menyimpan ratusan artikel surat kabar mengenai tindakan nekat anak yatim asal Kupang, Bas Wie menyeludup ke Australia dengan bersembunyi di roda pesawat.
 

BACA JUGA: Australia Didesak Berlakukan Hukum Lemon

BACA ARTIKEL LAINNYA... Remaja Asal Queensland Bantah Bergabung Dengan Kelompok Teroris di Suriah

Berita Terkait