7 Fakta Gerak Cepat Densus 88 di Bantul, Usai Ikut Salat Jumat, Langsung Menyergap

Senin, 05 April 2021 – 08:49 WIB
Densus 88 Mabes Polri membawa terduga teroris yang ditangkap di Makassar dan Gorontalo, tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Kamis (4/1). Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, BANTUL - Densus 88 Antiteror Mabes Polri pada Jumat (2/4) siang menangkap CB, warga Dusun Segoroyoso 1, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berikut ini sejumlah fakta terkait penangkapan dua terduga teroris inisial CB dan DS.

BACA JUGA: Ada Tudingan FPI Terlibat dengan Teroris, Aziz Ungkit soal OPM

Pertama, cerita Pak RT soal jam penangkapan CB.

Ketua Rukun Tetangga (RT) 02 Dusun Segoroyoso, Desa Segoroyoso, Bantul, Mujiyono ditemui di rumahnya, Minggu (4/4) mengaku. tidak mengetahui CB ditangkap Mabes Polri tepatnya pada jam berapa, apakah sebelum Shalat Jumat atau sesudahnya.

BACA JUGA: Orang Sok Radikal Langsung Dikeluarkan dari FPI

Pak RT mengaku diminta datang ke rumah kontrakan CB hanya untuk menyaksikan penggeledahan setelah Shalat Jumat atau sekitar pukul 13.00 WIB.

"Saya dipanggil sesudah Jumatan (usai Salat Jumat), tetapi entah dibawanya sebelum atau sesudah, karena sudah tidak ada. Kalau penggeledahan dari jam 13.00 WIB sampai jam 14.30 WIB," tuturnya.

BACA JUGA: Pendaftaran PPPK 2021: Tendik Honorer Ancam Mogok Kerja, Pendidikan Bisa Kacau

Kedua, Tim Densus 88 ikut Salat Jumat

Lurah Segoroyoso Bantul, Miyadiana, mengaku mendapat informasi CB ditangkap usai Salat Jumat.

"Saya dengar, (CB) ditangkap setelah selesai Salat Jumat. Infonya Densus ikut Salat Jumat, setelah selesai dia mau pulang dibuntuti langsung diamankan," ungkap Miyadiana.

Ketiga, bukan asli warga Bantul.

Miyadiana, mengatakan CB awalnya diketahui bukan warga Bantul.

Namun yang bersangkutan telah memiliki identitas sebagai warga Segoroyoso Bantul. Meski demikian dirinya tidak mengetahui pekerjaan sehari-hari yang bersangkutan.

Keempat, kontrakan CB digeledah Densus 88.

Ketua Rukun Tetangga (RT) 02 Dusun Segoroyoso, Desa Segoroyoso, Bantul Mujiyono mengaku diminta petugas polisi untuk menyaksikan proses penggeledahan rumah kontrakan CB.

"Saat penggeledahan (CB) sudah tidak ada, hanya istri dan anak anaknya, saya hanya diminta menyaksikan oleh Intel Polda," ujarnya.

Kelima, barang bukti dari kontrakan CB.

Mujiyono Dia mengatakan, dari penggeledahan di rumah kontrakan tersebut, petugas mengamankan barang bukti berupa laptop atau komputer jinjing, buku buku keagamaan, senjata tajam, selongsong peluru kecil, empat buah handphone dan paspor serta beberapa keping CD (compact disc).

Keenam, Tim Densus 88 juga menangkap terduga teroris DS

Densus 88 Antiteror Mabes Polri menggeledah rumah DS, di wilayah Dusun Jomboran, Desa Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul.

"Iya (ada penggeledahan) di wilayah saya, itu warga saya asli, penggeledahan sekitar jam 11.00 WIB sampai jam 13.00 WIB," kata Kepala Dukuh Jomboran Gilangharjo Pandak Bantul, Juli Riyadi, ketika dihubungi melalui sambungan telepon di Bantul, Minggu malam.

Menurut dia, dalam penggeledahan petugas selama kurang lebih dua jam tersebut aparat mengamankan sejumlah barang bukti seperti buku rekening, buku bacaan, kuitansi-kuitansi, busur panah, belati kecil, laptop, handphone, keping contact disc (CD) dan flashdisk.

"Kalau jumlahnya (barang bukti) tidak tahu, namun cuma itu tadi. Saya jadi saksi (saat penggeledahan), ada istri dari yang bersangkutan tadi di rumah," ucap-nya.

Ia menuturkan sedangkan DS saat penggeledahan petugas sudah tidak ada di rumah, karena dari informasi yang dia terima sudah diamankan Densus 88 pada Minggu (4/4) pagi.

"Kalau yang bersangkutan (saat penggeledahan) menurut keterangan dari polisi sudah diamankan pagi tadi, terus diperiksa tadi, katanya sudah diamankan di Polda (Kepolisian Daerah)," ujar Juli.

Ketujuh, DS warga asli Jomboran.

Juli mengatakan, DS merupakan warga asli Jomboran Gilangharjo Pandak, dan sehari hari bekerja sebagai penjual bakmi di kawasan Jalan Parangtritis. DS juga dikenal terbuka dengan masyarakat sekitar.

"Penjual bakmi jawa di Jalan Parangtritis, warga saya asli, bukan pendatang, warga sudah familiar karena memang dari kecil di situ, sosialisasi di masyarakat bagus, tidak kemudian tertutup, sama sekali tidak," paparnya. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler