JAKARTA - Hingga kini keberadaan mobil murah hemat energi (LCGC) masih menjadi kontroversi. Namun ditengah itu, keberadaan LCGC terbukti meningkatkan investasi industri komponen dalam negeri. Dari 100 industri komponen yang diharapkan oleh pemerintah, saat ini sudah terealisasi 70 persennya.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat menjelaskan program LCGC mendatangkan komitmen investasi USD 3 milyar dari produsen mobil dan USD 3,5 milyar dari 100 industri komponen otomotif. Saat ini sebagian besar investasi itu telah terealisasi. Itu dibuktikan dengan adanya lima pabrik mobil baru dan sekitar 70 pabrik komponen otomotif.
"Program LCGC itu memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor ekonomi lainnya. Realisasi investasi sekitar 70 persen dari target merupakan buktinya," katanya.
Sementara itu bagi daerah, lanjutnya , bakal terbentuk usaha penyediaan stock komponen after sales service, jasa perbengkelan, serta peningkatan pajak daerah. Dengan adanya investasi dan usaha baru maka akan menciptakan lapangan pekerjaan. Di sektor manufaktur pihaknya memprediksi sekitar 30 ribu pekerja bakal terserap sedangkan
di luar itu diperkirakan 40 ribu tenaga kerja yang bakal terserap.
Lebih lanjut dia menjelaskan, program LCGC merupakan program nasional. Program itu terbuka bagi industri lokal dan internasional. Salah satu syarat yang harus dipenuhi yaitu kandungan tingkat komponen dalam negeri hingga sekitar 80 persen. Itu artinya, program LCGC tidak semata-mata menyediakan mobil murah tapi juga membangun industri komponen dan mewujudkan kemandirian industri otomotif nasional.
"Dalam lima tahun setiap produsen harus memenuhi tingkat kandungan komponen dalam negeri hingga 80 persen. Peserta program LCGC wajib membuat jadwal pembuatan komponen dalam negeri yang diperkirakan mencapai 10 ribu komponen itu," katanya. Dengan semakin lengkapnya struktur industri komponen otomotif nasional, lanjutnya, maka semakin besar peluang untuk mengembangkan industri perakitan mobil dalam negeri, termasuk mobil nasional.
Mengenai kekhawatiran kemacetan yang ditimbulkan oleh mobil LCGC, Hidayat berkata program LCGC ini sifatnya nasional. Sehingga distribusinya tidak terpusat di kota-kota besar saja, tapi untuk kota-kota di Indonesia. Jumlah produksi mobil LCGC diperkirakan sekitar 10-15 persen dari seluruh produksi mobil nasional. "Kenapa
10-15 persen ini yang ditakutkan, sedangkan sisanya tidak dibahas sama sekali," ucapnya.
Sejalan dengan program tersebut, Hidayat berharap pembenahan transportasi publik oleh pemerintah daerah harus dilakukan. Dia menyebutkan, saat ini industri otomotif nasional sudah mampu memproduksi kendaraan komersial seperti mini van dan bus yang siap memenuhi kebutuhan transportasi daerah. (uma/oki)
BACA JUGA: Indeks Susah Rebound
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sidang Kartel Bawang Putih Tertunda
Redaktur : Tim Redaksi