70 Persen Pelajar Lakukan Seks Bebas

Di Lhokseumawe

Minggu, 17 Februari 2013 – 09:27 WIB
BANDAACEH--Hasil survey Dinas Kesehatan Aceh, menemukan maraknya kasus seks bebas bagi kalangan pelajar di daerah Lhokseumawe dan Banda Aceh.     Berdasarkan data yang diperoleh, Lhokseumawe menduduki peringkat pertama terbanyak pelaku seks pra-nikah di kalangan pelajar, yaitu 70 persen, menyusul Banda Aceh sebanyak 50 persen. Demikian penuturan Anggota Komisi E DPR Aceh Tgk. Makhyaruddin Yusuf , Sabtu (16/2).

"Hasil survey ini cukup membuat masyarakat Aceh tercengang. Ini sangat memalukan di tengah upaya penerapan syariat Islam di Aceh,"ujarnya. 

Makhyaruddin pun mendesak semua pihak ikut bertanggung jawab dan proaktif mencegah meluasnya pergaulan bebas di kalangan pelajar di Aceh.  Sangat ironis, di daerah yang sedang melaksanakan syariat Islam kasus pergaulan bebas dan seks pra-nikah justru sangat tinggi. "Semua pihak tidak boleh tinggal diam, terutama keluarga, pemerintah dan masyarakat,” jelas Makhyaruddin.

Selain para orang tua, lembaga pendidikan, khususnya sekolah, kata dia, harus ikut memantau pergaulan para siswanya agar tidak terjerumus dalam prilaku menyimpang tersebut, kalau perlu tingkatkan pemahaman agama dan pendidikan moral dan wawasan hukum syariat.

"Kampus juga harus memberikan pemahaman yang baik tentang hukum agama. Lembaga pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak muda, untuk itu sudah saatnya pendidikan akhlak, etika pergaulan, dan hukum agama ditingkatkan di semua level pendidikan di Aceh,"kata dia.

Demikian juga dengan para orang tua yang mengirim anaknya untuk kuliah ke kota-kota besar supaya terus memantau pergaulan dan memberi pemahaman tentang bahaya pergaulan bebas, karena selama ini tingkat pergaulan bebas di kalangan anak kos juga sangat mengkhawatirkan.

Menurut anggota Dewan PKS dari daerah pemilihan Aceh Timur, Langsa, dan Tamiang tersebut, solusi untuk masalah ini hanya bisa ditempuh dengan meningkatkan pemahaman agama bagi pelajar dan remaja.

"Elemen di Aceh jangan hanya suka mengkritik syariat Islam, tanpa memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Kalau syariat Islam di Aceh terus-menerus dikritik, akhirnya tidak sempat berbuat apa-apa. Sedangkan pengaruh negatif terus masuk merusak generasi muda, kritik boleh saja asal dilakukan dengan baik dan memberi solusi terhadap masalah yang ada,"tegasnya.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BMKG Ingatkan Warga Cilegon Waspadai Banjir

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler